31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Kesempatan untuk segelintir penggerak yang ingin membebaskan Indonesia dari kecanduan pada nikotin. Tahun lalu mereka ngumpul di Bundaran HI di Jakarta dan beraksi demi peringatan atas kesehatan. Beberapa orang di samping pos polisi Bundaran HI dan starling di sekitarnya mungkin sempat menyaksikannya. That&rsquo;s it.&nbsp;
<h3>'Kegatelan' untuk nyebat rupanya sudah direkayasa ke dalam DNA kita. Saatnya kita coba mengekstraksi untai DNA itu&nbsp;</h3>
Terlepas dari agama dan latar belakangmu, ketika memasuki restoran, hanya ada satu pertanyaan yang mendefinisikan identitas dan way of living mu: &lsquo;Smoking apa non-smoking, kak?&rsquo; &ndash; Sebuah pertanyaan yang kita menganggap biasa saja, berkat kita semua dari umur masih kecil pun tumbuh lekat dengan tembakau. Pengalaman &lsquo;first-contact&rsquo; bervariasi. Mungkin saja kamu pernah mengalami puntung rokok dipadamkan pada kulitmu karena orang tua stres; atau kamu dari kecil terbiasa boker di toilet yang dihiasi botol plastik berisi air racun berwarna ultra black; ataupun mungkin kamu hanya kenal dengan kakekmu dari cerita ingatan kolektif sekeluarga, karena si kakek dikenang sebagai kereta api.
<h3>Indonesia bak Disneyland bagi industri rokok</h3>
Umumnya, kita baru sadar atas sebuah kebiasaan tertentu, ketika terpandang pilihan alternatif. Kendatipun kebiasaan untuk merokok semakin merosot di kebanyakan negara, habit itu merupakan bagian dari kehidupan di Indonesia: Numpang lewat, kita terpapar awan asap, keluar dari mulut orang. Menyantap ketoprak dari gerobak pinggir jalan, terbawa perasaan aroma tembakau masih sedikit tersisa pada ketupat, habis si tukang ketoprak terburu-buru memadamkan puntung rokok untuk menyiapkan pesanan kita.&nbsp;
Menurut orang-orang yang peduli dengan mereduksi konsumsi lintingan bernikotin di Indonesia, negeri ini layak dicap &lsquo;<a href="(https://www.abc.net.au/news/2019-09-01/tackling-indonesias-smoking-addiction-harder-than-it-seems/11430638)" target="_blank" rel="noopener">Tobacco Industry&rsquo;s Disneyland&rsquo;.&nbsp;</a><a href="(https://www.abc.net.au/news/2019-09-01/tackling-indonesias-smoking-addiction-harder-than-it-seems/11430638)" target="_blank" rel="noopener">76 persen</a> dari masyarakat lelaki merupakan perokok. Tidak hanya itu, <a href="(https://www.abc.net.au/news/2019-09-01/tackling-indonesias-smoking-addiction-harder-than-it-seems/11430638)" target="_blank" rel="noopener">20 persen</a> antara remaja berumur 13 hingga 15 tahun sudah merokok.
Kendati konsumsi rokok nikotin makin merosot di taraf global, pemasaran rokok di Indonesia semakin berkembang, lantaran regulasi dan kebijakan&nbsp; pemerintah tak serumit dibandingkan negara-negara lebih maju. Indonesia telah menjadi pasar andalan untuk industri rokok. Sebuah fakta yang rupanya sudah terlalu sulit ditantang.
Swedia berada pada kutub sebaliknya, dan akan menjadi negara bebas rokok pertama di dunia. Dengan hanya 6 persen dari masyarakat yang masih tergolong perokok, tersisa persentase yang menakjubkan ketika dibandingkan dengan 76 persen perokok (laki-laki) di Indonesia.&nbsp;
Baca juga:&nbsp;Studi: <a href="https://artcallsindonesia.com/read/studi-konsumsi-narkoba-tidak-ada-pengaruh-positif-pada-kreativitas" target="_blank" rel="noopener">Konsumsi narkoba tidak ada pengaruh positif pada kreativitas</a>
<h3>Asap Rokok, Asap Rocky&nbsp;</h3>
Antara ragam studi yang menelusuri anggapan orang muda di Indonesia mengenai kebiasaan merokok, tenornya bisa diringkas dengan simpel: Karena group pressure, karena dianggap keren, dan sebagai alat untuk bersosialisasi. Asumsi itu bisa dilapisi dengan investigasi kecil-kecilan di media sosial, di aplikasi kencan, dan dimanapun orang-orang mengunggah foto-foto mereka. &ndash; Foto-foto yang paling mewakili bagaimana mereka melihat diri sendiri dalam versi paling mantap untuk dibagi dengan semesta online. Seperti foto-foto pas naik moge atau berpose nangkring, seraya memegang batang rokok.
Terlepas dari kelas ekonomi, merokok itu de rigueur di semua lingkungan sosial. Baik antara anak-anak skater di pinggir kota ataupun anak-anak estetika Jaksel. Kalau pernah malam-mingguan di luar negeri, mungkin kalian sudah tahu betapa lebih enak rasanya balik hotel/rumah ketika kostum malam-mingguan kalian tidak bau bak organisme busuk yang dibakar atas api berminyak racun, lalu dijemur di jembatan jalan tol.&nbsp;
<h6><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/e16571b2-3fa3-4fde-a5db-727ab55a164f?width=640&amp;height=427" alt="Boleh Merokok Indonesia" /></h6>
<h6>Foto: Wiki Commons</h6>
<h3>Voice-Over berat, jantan dan dominan: Pasti iklan rokok&nbsp;</h3>
Indonesia tersisa sebagai negara terakhir &ndash; satu-satunya di dunia &ndash; yang masih memperbolehkan iklan rokok ditayang dan dipaparkan di ruang publik (seperti di bioskop). Indonesia punya! &ndash; Yaitu kekhasan iklan rokok dengan narasi &lsquo;gagah&rsquo; dan &lsquo;berani&rsquo; &ndash; untuk mengafirmasi bahwa semua pria gagah dan berani punya selera! 
Bukan iklan rokok, kalau gak ada protagonis berdiri di helipad di atas gedung pencakar langit, lalu lompat dari gedung memakai seragam skydiver, kemudian berlabuh di tepi pantai diiringi settingan tropis, lantas ditarik oleh speedboat ke laut lepas, di mana sebuah ombak sendang timbul seketika si protagonis tampan berselancar, sehingga aliran gelombang pecah dan si protagonis rupanya menghilang untuk sesaat &ndash; SUSPENSE &ndash; hanya untuk muncul kembali &ndash; RELIEF &ndash; seketika tangannya ditarik oleh teman yang menyetir speedboat. Dan itu semua demi gestur per-bonding-an sembari mereka tersenyum pada kamera. Jadi pengen ngerokok juga.&nbsp;&nbsp;
<h3>Male Bonding</h3>
Aspek lain yang membuat konsumsi rokok laris-manis antara laki-laki di Indonesia adalah pengalaman coming-of age dan <a href="https://artcallsindonesia.com/read/bagi-yang-menolak-kelainan-orientasi-seksual-jangan-nonton-the-little-mermaid" target="_blank" rel="noopener">male bonding</a> yang diiringi asap rokok. Nyebat bareng menjadi alat bersosialisasi dalam segala bentuk kumpulan laki-laki (dan juga perempuan). Gudang Garam, Sampoerna Melon Splash, Esse Bana Pop &ndash; semua jenis rasa dan keharuman sudah akrab kita mengasosiasikan dengan tipe-tipe perokok tertentu. Hanya saja, Esse mungkin bukan alat pilihan untuk bonding.
<h3>Melanggengkan sifat patriarkis&nbsp;</h3>
Nyaris 80 persen masyarakat laki-laki di Indonesia rutin menghirup rokok, namun kurang dari <a href="https://daily.jstor.org/why-do-so-many-indonesian-men-smoke/" target="_blank" rel="noopener">4 persen</a> dari perempuan Indonesia merokok.&nbsp;
Asimetri itu bisa dilihat sebagai standar ganda dalam budaya kita. Tak ada hal lebih lazim dari cowok-cowok ABG merokok, namun perempuan (berhijab) yang merokok di ruang publik tampaknya terekspos pada stigmatisasi khusus (Ibu saya sendiri udah jelas orang pertama yang bakal ngegosip kalau perempuan berjilbab dari meja sebelah menyalakan rokok).&nbsp;
<h3>Yang kita anggap normal, sebenarnya cukup miris&nbsp;</h3>
Kembali ke penalaran bahwa kita baru sadar atas hal-hal tertentu ketika tersaji dengan pilihan alternatif. Sebotol air mineral (kebutuhan dasar yang di negara ini tak bisa disediakan secara gratis) biasa diperjualbelikan dengan harga kisaran Rp 2,000 hingga 10,000. Harga sebungkus pembalut wanita dapat mencapai Rp 30,000 maupun lebih. Sebungkus rokok: Mulai dari harga Rp 8,000 saja.&nbsp;
Indonesia adalah satu antara hanya delapan negara di seluruh dunia yang tidak menyetujui atas Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau oleh WHO, yang bertujuan untuk membatasi peluang bagi industri tembakau untuk berlobi pada penguasa.&nbsp;
<h3>WHO memperingatkan bahwa industri tembakau menyebabkan kelaparan&nbsp;</h3>
Bagi kita yang tinggal di penjuru-penjuru kota, tinggal terima saja nasibnya bahwa udara kita sudah diracun banyak substansi berbahaya. Tidak hanya nikotin, asap dari kendaraan bermotor berkontribusi sangat buruk. Tapi, bukan hanya membran paru-paru kita yang rentan dipancarkan racun, lingkungan kita juga tidak digunakan semestinya. Penanaman tembakau <a href="https://www.who.int/europe/news-room/events/item/2023/05/31/default-calendar/world-no-tobacco-day-2023--we-need-food--not-tobacco" target="_blank" rel="noopener">memakan sumber lingkungan</a> yang semestinya digunakan untuk menanam pangan bagi masyarakat miskin di dunia.
Rokok punya rasa, sensasi, merupakan alat untuk menyendiri, namun juga untuk bersosialisasi. Thanks ya, koreknya.&nbsp;&nbsp;
&nbsp;

Toss, Indonesia berada di posisi paling unggul, tapi juga paling norak dalam urusan tembakau

<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=aci%20with%20accent" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/9e57cbb4-abef-4e6e-8147-5c0be9fa536c?width=600&amp;height=200" alt="2" /></a>
ACI WITH ACCENT (Opinion column) &ndash; The only media column in Indonesia covering <a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=aci%20with%20accent" target="_blank" rel="noopener">all things intercultural.</a> In ACI WITH ACCENT Marten as the initiator of ART CALLS INDONESIA reflects in personal opinions on topics related to interculturalism and feelings of belonging. Through ACI WITH ACCENT he accentuates with his very own accent and oscillates between perspectives from varying sides. He speaks and writes in Indonesian as his third language, after German and English. ACI WITH ACCENT is the only rubric on ACI not proofread by any &lsquo;native&rsquo; editorial colleague. If there happen to be any grammatical typos or syntactical mistakes it&rsquo;s part of the raw&nbsp;accent and the linguistic logics of a foreign speaker.&nbsp;
&lsquo;Non-natives&rsquo; usually take up other roles in the Indonesian media industry (influencers, models, actors, etc). The only media platform we know of hosting journalists with autodidactically acquired Indonesian language skills is the Germany-funded <a href="https://www.instagram.com/reel/CqjuqtVvBnb/" target="_blank" rel="noopener">Indonesian version of the 'Deutsche Welle'</a>. ACI WITH ACCENT is one of the most read and most controversial rubrics on ACI, holding up a mirror to readers and questioning what contemporary Indonesianness could be.&nbsp;
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=aci%20info" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/5329b204-e970-4776-87b0-2999814a499a?width=600&amp;height=200" alt="3" /></a>
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=aci%20amatir" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/aaa313b8-ac0b-4824-9e84-6b2faed471c4?width=600&amp;height=200" alt="6" /></a>
ACI AMATIR (Opinion column) &ndash; In our rubric '<a href="https://artcallsindonesia.com/read/diam-diam-berjuang-muncul-dengan-prestasi-aamiin" target="_blank" rel="noopener">ACI AMATIR'</a> we reflect on all things media-related from the unfortunate perspective of a grassroots media platform in Indonesia.
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=aci%20glow%20down" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/19e066f7-7f60-47e1-9959-d160b0f926e7?width=600&amp;height=200" alt="1" /></a>
ACI GLOW DOWN &ndash; Through <a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=aci%20glow%20down" target="_blank" rel="noopener">ACI GLOW DOWN</a> we 'roast' current issues fueled by nothing else than acumen and a witty sense of seeing things out of a variety of perspectives.&nbsp;
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=ok%20aci" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/f6d3ce43-eb3b-473c-9f63-933ba1e116a1?width=600&amp;height=200" alt="4" /></a>
OK ACI &ndash; Kata OK punya banyak makna, dari pengucapan euforia hingga kesedihan. Lewat rubrik <a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=OK%20ACI" target="_blank" rel="noopener">OK ACI </a>kami menyuguhkan 'the flavors of the week', berita-berita seputar seni dari seantero Indonesia, dan kadangkala juga gogon-gogon dari skena manusia kreatif dan inspiratif. Tidak hanya itu, kami juga mencari jawaban pada hal-hal paling sensasional yang hadir di dunia seni!
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/open-calls" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/1ce93f60-5855-42a5-b6d4-dc56a97d02cb?width=600&amp;height=200" alt="5" /></a>
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=sangkil" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/ae201e40-b385-4387-be85-bc6b933d6185?width=600&amp;height=200" alt="7" /></a>
SANGKIL &amp; MANGKUS &ndash; ACI mengupas tuntas dialektika Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, strata sastra, dan bahasa sehari-hari. Ikuti siasat dialektis kami dalam ketidakajekan dan ketakteraturan Bahasa Indonesia di <a href="https://artcallsindonesia.com/read/jangan-sebut-flexing-ada-istilah-lebih-ketus-untuk-mengkritik-pejabat-yang-pamer-harta" target="_blank" rel="noopener">SANGKIL &amp; MANGKUS</a>!
<hr />
<a href="https://artcallsindonesia.com/search?q=asean" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://content.artcallsindonesia.com/assets/2a7653f9-7b56-45d0-a4d9-6f744feee0c4?width=600&amp;height=200" alt="8" /></a>
&nbsp;

Our editorial rubrics

Berbeda dengan politikus-politikus Tanah Air yang seakan-akan mondar-mandir antara oportunisme dan tanggung jawab, lembaga FIFA (sungguhlah bukan organisasi persepakbolaan yang baik budi saja) sudah mengambil langkah tegas dengan membatalkan agenda pengundian babak grup yang seharusnya digelar di Bali pada 31 Maret 2023.
Lantaran segelintir politikus (terutama kadar PDI-P) dari berbagai provinsi wara-wiri meminta penolakan keikutsertaan timnas U20 Israel dan tidak siap melaksanakan anutan FIFA, Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 menanti konsekuensi berat: Beberapa negara lainnya siap dan berminat menggantikan Indonesia sebagai penyelenggara ajang tersebut. Kelayakan Indonesia sebagai penyelenggara pesta olahraga internasional serius dipertanyakan.
Perlagaan sepak bola &lsquo;qua&rsquo; praktik senantiasa rentan terseret dalam urusan politik: Di mana pun ada pertemuan antara dua tim, dua kasta (Kanjuruhan, aparat polisi dan fans) atau dua bangsa, berpotensi ada friksi juga. Timbul lah pertanyaan apakah kita memang belum siap mengisi gelora-gelora kita dengan keriaan fans sepak bola semua bangsa, dan lebih cocok mencari aman dengan mengfungsikan stadion-stadion kita sebagai panggung musik saja? Setidaknya konser K-pop tidak memberi peluang bagi politikus untuk ikut jemawa. Lisa Blackpink itu bukan Lady Gaga (LGBTQI+). Para fans pun lebih homogen dan tidak melawan satu sama lain.&nbsp;
<h3>National Identity Restriction</h3>
Ketegasan Republik Indonesia terhadap wujudnya perdamaian masyarakat Palestina <a href="https://sport.detik.com/sepakbola/liga-indonesia/d-6640427/heboh-tolak-israel-di-piala-dunia-u-20-palestina-justru-bilang-begini" target="_blank" rel="noopener">tidak berkorelasi</a> dengan keikutsertaan sekelompok remaja pemain bola asal Israel. Amanah politik terhadap penolakan Israel memang punya sejarah di Indonesia. Namun, Indonesia tentulah bukan semacam anti-colonial-colonial-club (ehem, Timur Indonesia) selama kita masih belum membenahi persepsi kritis, dan membuka wacana yang tidak hanya dikondisikan pada isu Palestina, namun melibatkan semua sekutu yang menderita akan kekerasaan. &ndash; Seperti rakyat Myanmar, Yaman ataupun para <a href="https://artcallsindonesia.com/read/sponsor-untuk-para-tahanan-hukuman-mati-di-iran" target="_blank" rel="noopener">perempuan berani di Iran. </a>Kita hanya dapat berpihak dan berpendapat bila kita disuguhi dengan ragam informasi yang teliti dan mudah dipahami.
Rilisan film Gal Gadot selanjutnya ditunggu. Nanti kita antre lagi.&nbsp;
P.S: Apakah Indonesia menolak keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U20 tidak mengesankan bagi orang-orang Israel. Mereka sedang berurusan dengan <a href="https://www.nytimes.com/article/israel-judiciary-crisis-explainer.html" target="_blank" rel="noopener">perkara lebih mendesa</a>k.&nbsp;
&nbsp;

Stadion sepak bola di Indonesia lebih aman dipakai buat konser K-pop aja deh

ACI GLOW DOWN &ndash;&nbsp;Usai <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230317140742-92-926398/mendag-zulhas-bakar-pakaian-hingga-tas-bekas-impor-rp10-m-di-pekanbaru" target="_blank" rel="noopener">Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan&nbsp;melakukan</a> pyro-show dengan memakai baju bekas sebagai bahan bakar, dan presiden RI Joko Widodo tampaknya cukup berniat serius untuk melarang impor dan jualan baju bekas, timbul lah pertanyaan apakah agenda politis ini masuk akal bagi masyarakat. Redaksi ART CALLS INDONESIA mengupas persoalan tekstil ini dari beberapa perspektif kalangan masyarakat.&nbsp;
<h3>Perspektif Kalangan Masyarakat Kurang Beruntung:</h3>
Tidak semua warga Indonesia dapat berpartisipasi dalam roda ekonomi online. Tidak semua orang mampu membeli baju baru di pusat grosiran atau toko lainnya. Tidak semua orang punya saudara (yang lebih beruntung) untuk memakai ulang baju bekas disumbangkan saudara. Tapi: Kita hanya dapat berpartisipasi dalam dunia kerja (baik sektor informal maupun formal) bila penampilan tekstil kita cukup &lsquo;sopan&rsquo;. Baju bekas menjadi kunci untuk dapat mengakses kehidupan publik. Pejabat-pejabat yang membakar baju bekas demi terlihat perkasa, dan (dalam persepsi publik) sibuk memamerkan (flexing) kekayaan tampaknya tidak pernah mengambil perspektif ini.&nbsp;
<h3>Dari Perspektif Kelas Menengah:</h3>
Membeli pakaian di H&amp;M, Zara, Pull &amp; Bear, Uniqlo dan retailer semacamnya cenderung lumayan mahal di Indonesia. Baju obralan pun tidak ramah pundi-pundi orang middle class. Busana yang dijual antara lain oleh H&amp;M dan Zara di Indonesia jatuhnya jauh lebih mahal dibandingkan di luar negeri. Sejajarnya, pada sale-season&nbsp;hm.com di Eropa menjual aksesori seharga 50 Cent (Rp 8rb), oblong seharga 3 Euro (Rp 50rb), dan celana seharga 6 Euro (Rp 100rb). Rupanya, di Indonesia kita wajib melunasi semacam biaya kegengsian untuk beli baju dari retailer yang di negara maju dianggap biasa saja. &ndash; Terlihat dari kondisi ini, nampaklah alasan mengapa beli baju second hand menjadi opsi first hand.&nbsp;
<h3>Perspektif golongan 'anak muda' dan 'anak seni':</h3>
Pernah gak main ke mall pakai baju &lsquo;fast fashion&rsquo; dari retailer semacam H&amp;M dan sempat merasa canggung seketika ada orang memakai baju yang sama? Apalagi kalau baju itu di dia lebih cocok berkat badan lebih seksi dan tinggi. Mampus. Serius, busana itu adalah bahasa tekstil untuk menunjukkan identitas kita, apalagi pada kala muda, dan semacam KTP untuk bersesuaian dengan klasemen tertentu. Tentu kalian bebas mau pakai baju apa, namun akan terlihat seperti alien di mata orang sekitarnya ketika kalian pakai kaos H&amp;M printingan Justin Bieber di acara seni &lsquo;Perjakselan&rsquo; (kecuali kalian memakainya sebagai &lsquo;statement ironis&rsquo; dan memasang muka bete).&nbsp;
OK, jadi dimana lagi kalau bukan di pasar second hand terdapat baju autentik dengan harga ekonomis? Kurasi tukang grosir second hand rata-rata lumayan beragam: Kalian bisa mencoba dan berganti-ganti antara baju Tie Dye, berselera dengan 90s chic, dan busana dari kala Y2K. College Bomber Jackets ada, baju Cottage Core pun ada, dan menjadi kekhasan diri kalian sendiri.
Gaya busana yang sedang trending mengalami perubahan setiap season. Tinggal tunggu waktu setahun atau dua tahun saja &ndash; tak akan ada lagi yang memakai kacamata gaya matriks (yang kayak mata lalat itu lho). Daripada capek dan bangkrut mengikuti semua tren dengan membeli pakaian di toko retail &lsquo;fast fashion&rsquo; (yang notabene terlihat kurang individual), timbul lah alasan mengapa banyak orang muda berselera dengan baju bekas.&nbsp;
<h3>Perspektif orang bijak mengelola keuangan:</h3>
&lsquo;Good deal&rsquo; antara mutunya barang dan harga. Udah, gitu aja.
<h3>Perspektif orang-orang yang serius soal perubahan iklim (dan gak naik pesawat ke Bali setiap cuti bersama):</h3>
Alasan yang pertama-tama: Untuk mengurangi limbah pakaian. Jelas, dengan membeli baju &lsquo;fast fashion&rsquo; kita turut dalam sistem yang menyukarkan kondisi lingkungan kita. Bagi orang yang ingin menghindari baju &lsquo;fast fashion&rsquo; terdapat dua pilihan: Beli baju bekas, atau beli baju &lsquo;ethically handcrafted&rsquo; dengan harga lebay.
<h3>Perspektif orang yang ragu beli baju baru di Shopee, Tokped dll:&nbsp;</h3>
Tidak semua sarana pembelanjaan online menyediakan opsi untuk mengembalikan pesanan baju jika tidak muat atau tidak cocok. Sebelum membeli baju dari online shop yang belum tentu cocok, rupanya lebih efisien beli baju harga ekonomis di pasar second hand saja.&nbsp;
&nbsp;

Alasan konsumen di Indonesia memilih baju bekas

ACI Glow Down (Opini) &ndash; Andrew Tate &ndash; Walau nama dia terdengar berkelas dan elegan, Andrew Tate tidak tampak sebagai pria gentleman Inggris selaras dengan nama panggilan nan pasaran tetapi sophisticated. Tate, berusia 36 tahun, adalah seorang mantan kickboxer asal Inggris. Dengan tinggi badan sebesar 1,90 meter, bertato, berotot dan berurat, Tate memotretkan diri sebagai sosok pria mampu untuk mengganyang semua lawan, dan berwatak sebagai laki alpha male sungguhan. Persona publik dia dilengkapi pakaian ala kadar gadun, dengan mantel mandi bahan sutra (genderfluid!) dan cerutu citarasa super kuat.
Tenar dari Tiktok, pria ini dikagumi audiens masif terdiri dari laki-laki muda yang bersimpati dengan padu pikiran misogin, homofobia dan rasisme: Menurut mereka, wanita korban pemerkosaan cenderung ingin diperlakukan seperti itu, partner untuk bersetubuhan semestinya berusia di bawah 20 tahun, sebab mereka masih lebih &lsquo;murni&rsquo;, bisa diraut, dan masih peka untuk lekas dikenakan &lsquo;imprint&rsquo; oleh laki. Dengan pikiran-pikiran seperti itu Tate telah meraih 15 miliar views di Tiktok.&nbsp;
Terakhir Andrew Tate berada di Romania, di mana dia membedil diri dari 'dunia misogin' dengan <a href="https://artcallsindonesia.com/read/small-dick-energy-greta-thunberg-bikin-lawan-ko" target="_blank" rel="noopener">mengajak Greta Thunberg 'adu mulut'</a> melalui Twitter. Tate telah menuntut Greta Thurnberg untuk membagi alamat email miliknya agar Tate dapat menyertakan daftar mobil mewah tinggi emisi karbon yang dia mengoleksi. Okay, kata Greta, kirimnya ke: smalldickenergy@getalife.com
Tidak hanya itu, kini badan polisi Romania telah menangkap dan <a href="https://www.kompas.com/global/read/2022/12/31/060732870/pengadilan-romania-perintahkan-andrew-tate-ditahan-selama-30-hari" target="_blank" rel="noopener">memenjarakan Tate</a> atas perdagangan manusia dan kasus perkosaan.&nbsp;
&ndash; Ini adalah kabar positif di akhir tahun yang memanifestasikan Greta Thunberg sebagai tokoh yang melawan pria buruk laku dan para pendukung pikiran misogin!
&nbsp;

Result for 'aci glow down'

Toss, Indonesia berada di posisi paling unggul, tapi juga paling norak dalam urusan tembakau

Our editorial rubrics

Stadion sepak bola di Indonesia lebih aman dipakai buat konser K-pop aja deh

Alasan konsumen di Indonesia memilih baju bekas

Jangan ribut sama Greta!