Tentang ACI
The more we share, the more we have!
#KohesiDiSeni bersama ART CALLS INDONESIA
Kontak
Cek selengkapnya di sini
Kami adalah gerakan jurnalisme yang diinisiasikan pada tahun 2021. Sarana media kami telah menjadi titik temu virtual bagi pegiat seni pendatang baru seantero Indonesia. Dari mula hingga sekarang ACI beroperasi secara 100 persen swadaya, tanpa dukungan pendanaan dari pihak manapun, baik yayasan, perusahaan, partai maupun perorangan. Dengan pesat, ACI telah menjadi jenama atau household-name yang dikenal industri kreatif Indonesia.
Barangkali ini pertama kali kamu mampir di situs ART CALLS INDONESIA, kamu sedang berada pada satu-satunya laman di Indonesia yang menyantap peluang seni atau Open Calls dari skena domestik dan berbagai kesempatan emas dari mancanegara. ART CALLS INDONESIA tidak hanya berjasa pada insan-insan seni yang sudah naik daun – fokus kami dari awal didedikasikan pada kawan-kawan Newcomer, Outsider dan Underdog yang sebelumnya tak kebagian info kalangan orang dalam.
ACI adalah tempat perjumpaan gagasan, muara bagi semua pelaku seni yang tak dihibahkan papi sendiri, vestibula ramah tamah untuk berjejaring dengan teman se-vibe, dan gatekeeper atau penjaga gerbang menuju kancah seni yang lebih inklusif. Semboyan kami adalah KOHESI DI SENI, dan kamu adalah bagian dari gerakan ini!
ACI tidak punya dan tidak didukung oleh lembaga atau perusahaan mana pun, juga tidak oleh darmawan siapa pun. ACI adalah karya anak muda, dan se-patetis-patetis nya karya untuk Indonesia.
Tim ACI bersifat interkultural
dan meliputi anggota ragam asal dan bahasa.
Fokus pada Asia Tenggara
ACI bekerja sama dengan beberapa media lainnya dari kawasan ASEAN untuk bersama-sama memperkenalkan penalaran kritis dan demokratis pada pegiat seni se-Asia Tenggara.
ACI tidak pakai modal nepotisme
Proyek ini didirikan dan hingga sekarang beroperasi secara swadaya. Kami tidak (punya akses anyway untuk) memanfaatkan 'Vitamin N’.
ACI memecah nepotisme
Keberpihakan kami jelas pada pelaku kreatif muda yang tidak punya kesempatan untuk berjejaring sendiri dan tidak terlahir dengan silver spoon. Melalui penyebarluasan informasi terkurasi seputar peluang seni di dalam dan luar negeri, kami telah turut membuka skena seni Indonesia untuk kehadirannya lebih banyak pegiat seni baru.
Kami tidak memanfaatkan kerendahan literasi di Indonesia demi berlaba
Berbeda dengan banyak penggerak media baru lainnya, kami tidak memanfaatkan satu-satunya keunggulan Indonesia miliki – yaitu SDM yang masif dan belum berpendidikan rata. Kami tidak menyajikan konten clickbait saja.
Kami adalah pelopor konten kekhasan unik
Di seluruh dunia belum ada media lainnya yang meliputi dan informasikan seputar peluang berkesenian (Open Calls) dengan cara kami, melalui narasi dan ulasan yang jernih dan memandu. Hanya Indonesia punya! Produksi konten khususnya rubrik tersebut memakan waktu editorial dan tidak dapat kami uangkan. Kami melakukannya secara altruistis demi membantu pegiat seni pendatang baru.
Tidak ada artikel 'gula-gula'
Kami berikhtiar untuk memperkenalkan genre kritik seni pada skena kesenian lokal yang kadangkala masih terasa kurang diskursif.
Proyek kami adalah contoh penalaran anak muda Indonesia
Budaya kita masih tergores oleh pola bahwa ketenaran, umur, nama, dan kasta menentukan hak/kesempatan seseorang untuk turut berpikir sendiri dan mengutarakan pendapat. Kami memahami dunia seni sebagai muara pendidikan politis, sosial dan alternatif, di mana anak muda Indonesia dapat mempraktek daya berpendapat kritis.
Interviews throughout our ACI Thailand Special (2023)
Journalistic mindset of ART CALLS INDONESIA
We take a look at the bigger picture. To us, art and culture is not just about paintings exhibited in some galleries — but the most holistic way to question all things defining the society we live in. Unlike traditional media, we examine different perspectives from micro to macro. We peek at the meta-level because art, culture, science and philosophy grant a look from alternative perspectives.
We introduce critical art journalism to the Indonesian art world, and we look beyond the borders onto the greater Southeast Asian region. We invite our readers to perceive art as knowledge - and knowledge as power. Art and culture is not just about what’s on in theaters and galleries, but an analysis on the society we live in and would wish to live in. We are not an instant news platform, nor a magazine applying slow journalism. We report and publish on a daily basis but also thematically. We try our best to live up to our name, Art Calls INDONESIA.
Melayani pengembangan ekosistem seni dan budaya
Aspirasi jurnalistik kami tidak berangkat dari niat untuk berlaba. Kami percaya bahwa industri kreatif Indonesia harus menjadi lebih terbuka, dan layak menjadi lebih dari sekedar gimmick folklor pariwisata. Dengan SDM sebesar 280+ juta jiwa, Indonesia tentu punya banyak talenta potensial. Akan tetapi, tanpa akses dan tanpa stakeholders yang bernalar inklusif, bakat anak-anak muda bisa sirna begitu saja.
No 'Ordal'! No 'Vitamin N'! No 'Silver Spoons'!
Vellencia Tandra for ART CALLS INDONESIA
Teruntuk para pegiat seni yang tak punya jalur network sendiri, terlepas dari mana pun asal kalian: Keberpihakan kami jelas kepada kebangkitan pegiat kreatif muda. Tak ada karier di dunia seni tanpa network yang dititipkan keluarga atau kawan dekat. Kami berikhtiar untuk turut melancarkan hambatan yang dihadapi pegiat seni tanpa jaringan sendiri, terlepas dari pulau mana pun asal kalian.
Memperbesar khalayak seni
Industri media di Indonesia bertentangan dengan fakta bahwa makin banyak anak muda hanya mengonsumsi berita melalui media sosial. Generasi muda membentuk opini mereka atas bidikan oleh influencers dan berita sensasional. Indonesia adalah demokrasi terbesar ketiga sedunia dan kerap digemari sebagai demokrasi paling kokoh di kawasan ASEAN. Media dan seni berkesempatan untuk mengambil peran penting dalam keadaan ini. Dunia seni di Indonesia secara teoritis dapat mengakses audiens potentials beserta jutaan individu. Dengan semakin banyak pegiat dan penikmat seni yang dapat berpartisipasi, keberlanjutan dan diversitas kancah seni akan diperluas.
Ansambel ACI
Friendly Faces | Who we are |
Graciella (Pontianak), General Coordinaton | |
Sebastian Partogi (Ubud), Journalist/Editor | |
Marten Schmidt (Jakarta / Bangkok), Founder |
Our editorial rubrics
[Baca selengkapnya]
Kami mempromosikan
Acumen |
Inclusivity |
Interculturalism |
Art as alternative education |
Art as a tool to participate in discourse |