Stadion sepak bola di Indonesia lebih aman dipakai buat konser K-pop aja deh
Bring back Lisa Blackpink!
ACI
Berbeda dengan politikus-politikus Tanah Air yang seakan-akan mondar-mandir antara oportunisme dan tanggung jawab, lembaga FIFA (sungguhlah bukan organisasi persepakbolaan yang baik budi saja) sudah mengambil langkah tegas dengan membatalkan agenda pengundian babak grup yang seharusnya digelar di Bali pada 31 Maret 2023.
Lantaran segelintir politikus (terutama kadar PDI-P) dari berbagai provinsi wara-wiri meminta penolakan keikutsertaan timnas U20 Israel dan tidak siap melaksanakan anutan FIFA, Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 menanti konsekuensi berat: Beberapa negara lainnya siap dan berminat menggantikan Indonesia sebagai penyelenggara ajang tersebut. Kelayakan Indonesia sebagai penyelenggara pesta olahraga internasional serius dipertanyakan.
Perlagaan sepak bola ‘qua’ praktik senantiasa rentan terseret dalam urusan politik: Di mana pun ada pertemuan antara dua tim, dua kasta (Kanjuruhan, aparat polisi dan fans) atau dua bangsa, berpotensi ada friksi juga. Timbul lah pertanyaan apakah kita memang belum siap mengisi gelora-gelora kita dengan keriaan fans sepak bola semua bangsa, dan lebih cocok mencari aman dengan mengfungsikan stadion-stadion kita sebagai panggung musik saja? Setidaknya konser K-pop tidak memberi peluang bagi politikus untuk ikut jemawa. Lisa Blackpink itu bukan Lady Gaga (LGBTQI+). Para fans pun lebih homogen dan tidak melawan satu sama lain.
National Identity Restriction
Ketegasan Republik Indonesia terhadap wujudnya perdamaian masyarakat Palestina tidak berkorelasi dengan keikutsertaan sekelompok remaja pemain bola asal Israel. Amanah politik terhadap penolakan Israel memang punya sejarah di Indonesia. Namun, Indonesia tentulah bukan semacam anti-colonial-colonial-club (ehem, Timur Indonesia) selama kita masih belum membenahi persepsi kritis, dan membuka wacana yang tidak hanya dikondisikan pada isu Palestina, namun melibatkan semua sekutu yang menderita akan kekerasaan. – Seperti rakyat Myanmar, Yaman ataupun para perempuan berani di Iran. Kita hanya dapat berpihak dan berpendapat bila kita disuguhi dengan ragam informasi yang teliti dan mudah dipahami.
Rilisan film Gal Gadot selanjutnya ditunggu. Nanti kita antre lagi.
P.S: Apakah Indonesia menolak keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U20 tidak mengesankan bagi orang-orang Israel. Mereka sedang berurusan dengan perkara lebih mendesak.
ACI GLOW DOWN and ACI WITH ACCENT are our rubrics to share opinions from ART CALLS INDONESIA. Through ACI GLOW DOWN we 'roast' current issues fueled by nothing else than acumen and a witty sense of seeing things out of a variety of perspectives.
Baca juga:
Alasan konsumen di Indonesia memilih baju bekas
Dimana lagi kalau bukan di pasar second hand kita dapat memilih antara pakaian autentik dari masa 90an dan jaman Y2K, bisa menghindari pakain fast fashion, dan dapat baju bermutu OK dengan harga ekonomis? Serius, selain demi gegayaan ada juga alasan lebih terang akal