PANIK PENIS

Laki-laki Bugis terpapar sindrom penis mengecil

'Si kecil yang suci sedang bersembunyi': Itu bukan deskripsi candaan dari kami, tapi terjemahan dari sebuah sebutan lokal atas sindrom penis mengecil. Fenomena pemendekan penis itu tidak hanya dikenal dalam budaya Bugis, di Sumba pun ada seorang dukun pembesar isi kancut, yang konon bahkan pernah merawat penis orang-orang pejabat penting.

Pengalaman fatal: Penis menghilang akibat sindrom 'Koro' | Attack of acute “genital disappearance” anxiety during epidemic of koro in South China, 1985 | Foto: Wolfgang Jilek via Research Gate

Pengalaman fatal: Penis menghilang akibat sindrom 'Koro' | Attack of acute “genital disappearance” anxiety during epidemic of koro in South China, 1985 | Foto: Wolfgang Jilek via Research Gate

Article Image Title
Editor: Marten S.
06.10.2023

Pada abad ke-19, Belanda masih menguasai cakupan kawasan yang sekarang bernama Indonesia. Di Sulawesi, tanahnya banyak budaya kuno yang sekarang sudah tersisih, seperti manusia trans setengah dewa di Sulawesi Selatan, orang-orang Belanda pada masanya menemukan fenomena yang nyeleneh bagi mereka. Di antara laki-laki Bugis, dari bapak-bapak hingga pendekar muda dan gagah, ada beberapa orang menderita atas sindrom penis mengecil. Batang penisnya mengerut ke dalam tubuh, sehingga tersamar di belakang jembut. Testis pun juga mengecil sehingga hanya tersisa lapisan kulit keriput. 

Menurut para ahli dari Belanda, penasaran akan burung-burung mini itu, sindrom ajaib tersebut sekadar merupakan semacam folklor delusif yang hanya beredar di dalam budaya lokal tertentu. Menurutnya, efek batang penis menguncup, disebabkan oleh refleks kejutan yang berlebihan. Tenang saja, menurut ilmiah tidak ada penyakit di mana penis orang bisa memendek diri sendiri secara dadakan, seketika dalam keadaan kaget. 

Adapun asumsi bahwa kata 'Koro' itu berasal dari istilah 'kura-kura', dan analogi bahwa si burung memasukkan kepalanya bak kura-kura saat terkejut.

Kura2

Keberagaman adalah kata kunci di Nusantara. Dan walaupun suku-suku di Indonesia begitu majemuk, adapun beberapa budaya lokal lain yang menafsirkan sindrom penis mengecil itu dengan cara khas lokal yang spesifik. Dalam budaya Bugis, sindrom penis ukuran inferior itu dikenal dengan istilah koroq atau koro. Koroq itu memiliki arti penis yang mengecil, atau mengerut ke dalam. 

Cerita asalnya istilah Koro itu bervariasi. Yang sudah tentu, penamaan penyakit Koro tidak berhubungan dengan jenis kacang garing Koro. Adapun asumsi bahwa kata itu berasal dari istilah ‘kura-kura’, dan analogi bahwa si burung memasukkan kepalanya bak kura-kura saat terkejut. (Kalau dipikir-pikir, analogi yang sangat humoris – atau menyindir)

Delusi seksual atau penyakit sesungguhnya? 

Dalam tafsiran medis masa kini fenomena itu sebenarnya merupakan sekadar refleks untuk melindungi alat kelamin dalam situasi lari-atau-kelahi (fight-or-flight). Bisa dibilang, secara biologis tubuh bereaksi protektif dalam keadaan cemas. Pasalnya, serangan panik besar dapat memicu reaksi pengerutan itu. Semakin cemas, semakin penis akan berinisiatif mencari lindungan di dalam abdomen.  

Bahkan ada yang mengimpit dan menahan pelir dengan sepasang sumpit (yang semoga gak dipake makan orang lain habis itu). 

Kala Singapura dilanda epidemi kehilangan penis

Pada tahun 1967, ratusan pria warga Singapura mengalami sindrom penis hilang. Menurut berbagai catatan historis, laki-laki itu buru-buru melarikan diri ke rumah sakit, takut akan kehilangan si ular bermata satu.

Beberapa di antaranya pada kala itu dikabarkan diterima di rumah sakit sembari memegang si burung budgie, agar dia tidak menggaib di tengah-tengah jembut dan biji. Adapun pasien mengikat zakarnya dengan karet, klip penjepit pakaian, dan benda-benda lain yang umum tersedia di dapur, dan cenderung biasa dipakai saat penis mengecil dadakan. Bahkan ada yang mengimpit dan menahan pelir dengan sepasang sumpit (yang semoga gak dipake makan orang lain habis itu). 

Penis Terjepit

Alat buatan sendiri oleh pasien untuk menarik kepala dan batang penis, agar tidak masuk ke dalam abdomen | Sumber: The Koro Study Team, The Koro Epidemic, Singapore Medical Journal no 4 /1969

Bagaimanapun, tidak diketahui apakah trik-trik melawan sihir hitam itu berhasil atau tidak. Sekali lagi, cerita-cerita para pasien tersebut terdokumentasi dengan baik, bukan dibuat-buat layaknya balada untuk menakuti anak-anak saat disunat.

Sekeluarga panik, dan remaja itu bersikeras menarik organ disfungsional miliknya, supaya setidaknya beberapa sentimeter masih bisa diselamatkan dan dipelihara.

Bagaimana laki-laki Singapura pada masa itu terkena penyakit nyeleneh tersebut? Menurut catatan kronik, sebuah rumor dahsyat beredar di antara orang-orang bertitit, bahwa konsumsi daging babi bisa menyebabkan si antena merungut ke dalam. Rumor itu bukan ditanam dan dilansir golongan religius, melainkan (menurut urban legend) berkaitan dengan perobatan ternak babi kala demam babi sedang beredar.

Salah satu kasus pasien diabadikan dalam British Medical Journal dari tahun 1968, yang mendeskripsikan keluhan seorang pasien berusia 16 tahun, yang diterima di rumah sakit di Singapura. Dihantui sindrom penis mengecil itu, ia buru-buru diantar orang tua ke UGD, di mana mereka menuntut dibantu ahli secepatnya. Dikutip catatan medis dari jurnalis tersebut, sekeluarga panik, dan remaja itu bersikeras menarik organ disfungsional miliknya, supaya setidaknya beberapa sentimeter masih bisa diselamatkan dan dipelihara. 


Baca juga | Alat untuk memperpanjang t*t*t: Mengapa orang berada di Jakarta punya fetish norak pada mobil sebagai simbol status

Selera orang Jakarta terhadap mobil idamannya tampak norak bagiku. Seolah sudah menjadi hal niscaya, pengemudi di Jakarta gemari mobil gede. Di kota-kota Asia Tenggara lain tidak ada fenomena fetish itu.

Anak itu diketahui pertama mendengar soal rumor daging babi pemicu sindrom penis kecil, saat di sekolah. Pas banget, pada hari yang sama ia menyarapi hidangan berbahan babi. Selepas berkemih, ia menyadari bahwa penis dia mengecil. Takut akan hancurnya masa depan sebagai atlet, ia langsung lari ke orang tua. 

Semua pasien tersebut sebelumnya sudah memiliki pengetahuan tentang fenomena ‘Koro’. Pengalaman mereka perihal perubahan bentuk penis sebenarnya diawali reaksi biologis dari tubuh (misal, selepas mandi air dingin atau saat beraktivitas di tempat fitness). Penisnya para penderita sindrom penis mengecil sebenarnya tidak menyusut berkat konsumsi daging babi, tapi karena imajinasi berlebihan para pasien. 

Peta Koro Singapura

Breakdown of the incidence rates of the 1967 Koro-epidemic in Singapore by postal areas | Source: as above. 

Trajektori sindrom penis mengecil di Indonesia 

Beberapa budaya berbeda di Indonesia juga mengenal sindrom hide-and-seek tersebut dengan bermacam-macam istilah. Di Flores Barat dan Tengah, sindrom penis mengecil juga dikenal dengan sebutan ru’u pota, yang bisa diartikan sebagai ‘sihir pengecil’. Pada 1999, koran Flores Post melaporkan epidemi dengan ratusan kasus pengecilan penis di Ende pada tahun yang sama. 

Masyarakat Sumba Timur, mengenal sindrom yang sama dengan istilah hei lulu, dengan makna ‘semuanya naik ke atas’ (masuk ke dalam). Dilapor beberapa ahli antropologi lokal, adapun sebuah distrik di Timor di mana fenomena penis bernasib fatal juga tercatat sebagai sindrom lokal: Orang-orang Belu mengacu pada lulik oan suburan – ‘si kecil yang suci sedang bersembunyi’. 

Koro

Sang penyembuh ular bermata satu – atau tukang sihir spesialis penis kecil 

David Peter Mitchell, seorang akademisi berlatar antropologi dan psikiatri, mencatat dalam publikasi olehnya, bahwa ia pernah mengunjungi sebuah desa di Sumba pada tahun 2002 untuk berkonsultasi (karena heran secara akademis) pada seorang dukun penyembuh penis kecil.

Hina memijat otot betis dan paha pasien ke arah atas, dan memijat bagian perut dengan gerakan ke arah bawah, seakan-akan impuls tersebut terakumulasi pada sentra kekuatan jantan, medan maskulinitas, magnet ke– oke, cukup.

Pada masanya, David menjumpai Umbu Hina Panjarra, seorang pesohor desa dan praktisi supernaturalisme di pinggiran kota Waingapu. Sang dukun tersebut adalah seorang peternak babi dan penggemar berat Megawati Soekarnoputri pada masanya. David mencatat, bahwa jasa healing penis dari dukun itu ramai diminati. Bukan hanya oleh warga setempat, namun juga oleh para pejabat dan petinggi pemerintah. Mereka konon diantar secara tergesa-gesa ke rumah sederhana beralas tanah milik dukun Hina. 

Para pasien, katanya, dipersilakan berbaring di rumah beliau untuk menerima perawatan sang dukun. Hina memijat otot betis dan paha pasien ke arah atas, dan memijat bagian perut dengan gerakan ke arah bawah, seakan-akan impuls tersebut terakumulasi pada sentra kekuatan jantan, medan maskulinitas, magnet ke– oke, cukup.

Apakah sindrom penis mengecil memang nyata atau hanya sekadar deskripsi dari pengetahuan adat-istiadat atas reaksi panik? Itu adalah cerita lain. 

(Marten Schmidt, 06.10.2023, Art Calls Indonesia)


Baca juga: Mabuk, H*rny, Mitos: Ternyata bukan alkohol yang membuat kamu melihat objek jadi lebih menarik

… setidaknya pada kadar alkohol sebesar 0,8 ppm, kata studi dari US. Tapi, efek mabuk terbukti membuat kita mendadak pede. Si peminum cenderung menilai diri lebih lucu dan lebih menarik apa adanya.

 

Kajian dan bacaan lebih lanjut tentang fenomena 'Koro':

(University of Warwick) Translating culture and psychiatry across the Pacific: How koro became culture- bound