KONFLIK HAMAS-ISRAEL

Frankfurt Book Fair batalkan penghargaan untuk penulis asal Palestina

Penulis Indonesia Okky Madasari turut menyerukan agar memboikot keputusan panitia

Sumber Foto: Tagesanzeiger CH

Sumber Foto: Tagesanzeiger CH

Article Image Title
Editor: Marten S.
16.10.2023

Frankfurt, Jerman – Penghargaan ‘Liberaturpreis’ untuk penulis Palestina Adania Shibli dalam rangka Frankfurt Book Fair dibatalkan pada 14 Oktober lalu. Sebelumnya, Adania Shibli direncanakan diberi piala penghargaan sastra ‘Liberaturpreis 2023’ pada 20 Oktober mendatang melalui lembaga ‘Litprom’, yang mendedikasikan penghargaan tersebut secara tahunan kepada penulis perempuan dari ‘Global South’ atau negara-negara berkembang. Panitia ‘Liberaturpreis’ sebelumnya sudah menentukan Adania Shibli sebagai penerima penghargaan khususnya perempuan asal Asia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin tersebut.

Pemerkosaan dan pembunuhan perempuan Palestina 

Karya terbaru oleh Adania Shibli yang berjudul ‘Minor Detail’ mengisahkan penderitaan seorang gadis Palestina yang diperkosa dan dibunuh sekelompok tentara Israel pada 1949. Terutama di Jerman, di mana ajang buku Frankfurt Book Fair diselenggarakan, karya Adania Shibli dibedah secara kritis oleh beberapa kritikus dan dituduh memungut klise bernuansa antisemit. 

Jumat lalu, Litprom mengumumkan keputusan panitia untuk menunda acara penghargaannya dan mengacu pada perang yang dimulai Hamas, yang sudah membuat jutaan orang Israel dan Palestina menderita”.

Frankfurt Book Fair memilih untuk melantangkan suara rakyat Israel

"Pemenang penghargaan dipilih oleh juri independen (Litprom). Litprom yang bertanggung jawab sebagai penyelenggara,” jelas direktur Frankfurt Book Fair, Juergen Boos, dan menambahkan: Teror yang dihadapi Israel bertentangan dengan semua nilai (kemanusiaan) yang diusung Frankfurt Book Fair”. Pamerannya digelar dengan solidaritas penuh kepada Israel”. Mengutip pernyataan direktur Frankfurt Book Fair, ajang buku tersebut juga berencana menguatkan suara-suara kaum Yahudi dan Israel. 

“Pembatalan penghargaan pada beliau adalah keputusan yang salah – baik dari aspek politis maupun sastra.” - Eva Menasse, penulis

Pegiat sastra dari seluruh dunia menolak keputusan Frankfurt Book Fair

Asosiasi pengarang 'PEN Berlin' mengkritik keputusan untuk membatalkan penghargaan Shibli. Salah anggota PEN, penulis Eva Menasse (Austria), melansirkan pernyataan penuh dukungan pada Shibli (14/04/2023):Tidak ada karya buku yang menjadi berbeda, lebih baik, lebih buruk atau lebih berbahaya karena situasi berita sekarang berubah. (...) Pembatalan penghargaan pada beliau adalah keputusan yang salah – baik dari aspek politis maupun sastra.

Pendapat kalangan intelektual di Jerman kian perpecah. Seorang anggota juri penghargaan ‘Liberaturpreis’ diketahui sudah mengundurkan diri sebagai aksi protes atas penganugerahan Adania Shibli. TAZ, media sayap kiri dari Berlin mengkritik sudut pandang yang dibawa karya ‘Minor Detail’ oleh Shibli: “(...) semua sosok Israel dalam novel itu muncul sebagai pemerkosa dan pembunuh anonim, sedangkan para sosok Palestina dipotret sebagai korban kekerasan tentara yang giting dan terangsang”.

Baca juga: Warga Australia menolak pengakuan lebih besar bagi masyarakat adat

“Bagi saya, mendukung pendudukan Israel atas tanah Palestina berarti mendukung kejahatan terhadap kemanusiaan, pembunuhan dan pembersihan etnis” - Okky Madasari, penulis

Suara Palestina dibungkam, penulis Indonesia angkat bicara

Seruan memboikot Frankfurt Book Fair juga didukung penulis Okky Madasari. Melalui postingan pada X, ia menanggapi pembatalan penghargaan Liberaturpreis 2023 dan mengutarakan “seruan untuk memboikot Frankfurt Book Fair 2023.”

Menurut Okky Madasari pola penyelenggara penghargaan tersebut merupakan “pengkhianatan besar-besaran terhadap intelektualitas, akal sehat, dan pemikiran yang dimiliki oleh para penulis, intelektual, dan penerbit. Pernyataan itu mengabaikan atau dengan sengaja menutup mata terhadap pendudukan Israel yang sedang berlangsung di tanah Palestina, pembunuhan serta pembersihan etnis selama beberapa dekade terhadap warga Palestina.”

“Bagi saya, mendukung pendudukan Israel atas tanah Palestina berarti mendukung kejahatan terhadap kemanusiaan, pembunuhan dan pembersihan etnis,” tegas dia.

Pembatalan pertunjukan teater Israel-Palestina

Teater Maxim Gorki Berlin, sebuah muara seni pertunjukan progresif dan liberal, juga membatalkan pementasan bertema Palestina dan Israel bersama pemain dari kedua negara tersebut (15/10/2023). Naskah teater berjudul ‘The Situation’ oleh Yael Ronen (Israel) sebelumnya dijadwalkan untuk dipentaskan pada 23 Oktober kelak. Pengelola Teater Maxim Gorki berdalil dengan kerumitan untuk mengudar peristiwa-peristiwa terkini secara artistik: “Kami mengaku tidak berdaya (dalam situasi ini). (...) Serangan terhadap Israel oleh organisasi teroris Hamas menempatkan kami pada pihak Israel.”

Keterangan Teater Maxim Gorki juga merujuk pada kesulitan untuk membawa tema ini ke atas panggung dalam situasi ini: “Teater itu hidup dari keberagaman, dari diskusi dan negosiasi.” Menurutnya, perang mengakibatkan semacam penyederhanaan dan pembagian antara musuh dan sekutu. “Situasi ini meragukan keberartian dan ikhtiar (praktisi) teater.”


Baca juga: Ruangrupa kembali dicela media mancanegara, direktur Documenta menegur Ruangrupa secara terang-terangan, kepala Universitas HFBK Hamburg mengaku kesal

Direktur ajang seni 'documenta' mengkritik 'ruangrupa' melalui surat terbuka, lantaran dua anggota ruangrupa ‘nge-like’ konten media sosial berciri pro-Palestina.

4051896 1955086895

Adania Shibli sebagai pembicara utama di Jakarta Literary Festival 2019 | Foto: Dewan Kesenian Jakarta

Relasi Adania Shibli dengan kancah sastra Indonesia 

Kancah sastra Indonesia sudah pernah berkesempatan mengenal lebih dekat dengan Adania Shibli, dan sebaliknya, beliau sudah mengintip dalam kancah kesusastraan di Jakarta. Pada 2019, Adania Shibli diundang Jakarta Literary Festival sebagai pembicara utama. Kala itu, ia sudah mengalamatkan pengalamannya sebagai penulis asal Palestina dan pengetahuan mengenai sastra Palestina kepada audiens di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki.

Baca juga: The real reasons why most Indonesians don’t like to read

(Marten Schmidt, 16.10.2023, Art Calls Indonesia)