Ruangrupa kembali dicela media mancanegara, direktur Documenta menegur Ruangrupa secara terang-terangan, kepala Universitas HFBK Hamburg mengaku kesal
Direktur ajang seni 'documenta' mengkritik 'ruangrupa' melalui surat terbuka, lantaran dua anggota ruangrupa ‘nge-like’ konten media sosial berciri pro-Palestina. Namun, reaksi ruangrupa bikin menggeleng-gelengkan kepala.
FAZ
- Direktur ajang seni Documenta mengkritik ruangrupa melalui surat terbuka, dan menyatakan bahwa documenta tidak berasosiasi dengan ideologi antisemit
- Kepala Universitas HFBK Hamburg mengaku menyesal, karena ia telah titip kepercayaan pada pihak yang cenderung resisten dan ogah belajar dari kesalahan komunikasi publik sebelumnya
Q&A – Sandiwara seputar kiprah ruangrupa di Jerman tak ada habisnya. Pada tahun lalu ruangrupa enggan menghadapi konfrontasi dan diskusi dengan peminat documenta setelah mereka sendiri memicu ledakan terbesar di kancah seni Eropa pasca-pandemi. Kala itu, ruangrupa dituduh berciri antisemit.
Beberapa karya yang dipamerkan di documenta (dan kemudian diturunkan) memuat simbol antisemit, seperti karikatur orang Yahudi sebagai vampir, tentara berhidung babi dan makhluk tamak. Fitur-fitur tersebut umum dipahami sebagai pola dasar stereotip antisemit sejak ratusan tahun. Sebuah karya mural oleh Taring Padi sebesar baliho dan bertuliskan 'People’s Justice', dan karya bertajuk 'Gaza Guernica' kemudian diturunkan dari 'documenta fifteen'. Kala itu, direktur utama Sabine Schormann juga mengundurkan diri. Sebuah laporan berisi 133 halaman yang dibuat oleh beberapa pakar dipilih documenta, menilai hasil kerja ruangrupa (sebagai kurator festival) sebagai 'ruang gema khusus antisemitisme (...).'
Sekian tentang kejadian tahun lalu – dilansir berbagai media mancanegara, ruangrupa kembali terseret tuduhan serupa. Sebelumnya, perlu dijelaskan konteks sebagaimana ruangrupa kembali bisa terpeleset tuduhan antisemitisme.
Sebagai penambahan konteks
Di Jerman, bangkitnya gelombang solidaritas untuk Israel sedang mendominasi dan mengungguli sayap simpatisan pro-Palestina. Mayoritas orang Jerman lebih bersimpati dengan warga Israel berkat sejarah kejam Jerman sebagai pelaku kekerasaan antisemit. Penculikan dan pembantaian yang dilakukan Hamas sejak akhir pekan lalu memperkuat keberpihakan publik dan pemerintah Jerman pada Israel. Data yang dihimpun organisasi ZAKA mencatat minimal dua korban jiwa asal Jerman. Di berbagai kota di Jerman, tindakan unjuk rasa pro-Palestina telah dilarang pemerintah setempat, dengan dalih pencegahan potensi agitasi anti-Israel dan anti-Yahudi.
Jejak-jejak pro-Palestina di Instagram
Meninggalkan beberapa jejak pro-Palestina di media sosial, dua anggota ruangrupa ditegur secara publik oleh pihak documenta pada 09/10/2023. Surat resmi oleh documenta yang dilansir Andreas Hoffmann, selaku direktur documenta, menekankan bahwa documenta menolak konten yang di-like dua anggota ruangrupa. Dukungan ruangrupa kepada konten tersebut adalah tindakan yang ‘tidak dapat diterima’. Lantas, Hoffman menjauhkan documenta ‘in the strongest possible terms’ dari pola antisemit.
Kolektif seni ruangrupa | Foto: Nicolas Wefers, Documenta | Common Use
Siapakah anggota ruangrupa yang dimaksud?
Himbauan mengenai privasi: ACI merasa tingkat informasi sudah terpenuhi tanpa menamakan kedua anggota ruangrupa tersebut secara individual. Kami memutuskan untuk menerbitkan artikel ini dengan hanya memakai akronim (RA dan IH) kedua anggota ruangrupa yang telah menjadi fokus diskusi dalam hal ini.
Konten apa yang memicu tuduhan antisemitisme tersebut?
Dilansir berbagai media berbasis di Jerman, tuduhan tersebut baru dimunculkan pada pekan ini. Seiringan dengan perang yang sedang berlangsung antara grup Hamas (yang di Barat tergolong sebagai teroris) dan negara Israel, sebuah pihak yang tidak disebut dalam pemberitaan media Jerman, berinisiatif melacak jejak-jejak daring oleh RA dan IH. Kedua anggota ruangrupa tersebut dituduh nge-like konten yang (tergantung penafsiran Barat/Timur) berciri pro-Palestina atau antisemit. Unggahan reel itu memperlihatkan sekelompok demonstran di Berlin bersorak ‘Palestine will be free’.
Baca juga: Vacuum in the collective brain – Understanding the brain drain in Indonesia
Brain drain basically describes what happens when highly skilled workers go abroad to seek for better jobs – and never return home again. Well, good for them – but what about the rest of us?
Apa sih masalahnya mereka nge-like konten pro-Palestina?
Preferensi politis mereka adalah urusan pribadi. Namun, sebagai penerima dana dari pemerintah Jerman dan bintang utama documenta, ruangrupa harus sadar akan pengaruh mereka. Konten video tersebut yang di-like RA dan IH diunggah oleh sebuah akun Instagram bernama ‘Real Documenta’.
Apa itu ‘Real Documenta’?
Sebuah akun Instagram dengan jumlah followers yang cukup rendah. Akun tersebut berdoktrin pro-Palestina dan secara ngotot memotret ruangrupa sebagai korban shitstorm media Eropa.
Bagaimana reaksi ruangrupa?
Menurut RA dan IH sangkaan antisemitisme tersebut adalah ‘absurd dan tidak benar’. Kepada media HNA dari Jerman, RA dan IH mengaku bertindak salah dengan nge-like video itu. Melalui lansiran resmi, Andreas Hoffman meluruskan, bahwa kedua anggota ruangrupa sudah ‘nge-unlike’ video tersebut.
Apakah ruangrupa masih di Jerman?
Sebagian dari anggota kolektif ruangrupa masih bermukim di Jerman bersama keluarga masing-masing.
Martin Köttering, kepala Universitas Hochschule für Bildende Kuenste Hambung | Foto: HFBK Hamburg
Kepala Universitas HFBK Hamburg mengaku kesal
Kepala Universitas Hochschule für Bildende Künste Hamburg turut buka suara perihal tuduhan terbaru terhadap ruangrupa. Universitas tersebut telah memfasilitasi dua anggota ruangrupa sebagai dosen tamu. Keterlibatan akademik mereka sudah berakhir pada semester lalu (musim panas 2023). Hadirnya mereka sebagai tenaga dosen pada mulanya cukup dikritik oleh berbagai pihak pendukung Israel. Diwawancari koran Hamburger Abendblatt (Jerman), Martin Köttering (kepala Universitas HFBK), mengaku kecewa berat dan kesal:
“Setelah Universitas HFBK sudah berupaya keras untuk menyalurkan dialog pada semester lalu, hal ini seharusnya tidak terjadi. Dengan serius saya bertanya, apakah komitmen kami (untuk mencerahkan dialog) sebagai lembaga seni dan ilmiah, selama ini disia-siakan? (...) saya (sudah) putus asa terhadap kemampuan (mereka) untuk berargumentasi secara persuasif dan terefleksi.”
Martin Köttering, kepala Universitas Hochschule für Bildende Kuenste Hambung
Universitas HFBK juga menyediakan tanggapan terhadap status keterlibatan anggota ruangrupa sebagai dosen tamu: “RA dan IH sudah tidak lagi menjabat sebagai dosen di HFBK Hamburg. Jabatan dosen tamu telah berakhir pada semester musim panas 2023.”
Kenapa ruangrupa dikritik secara masif?
Sebagai tim kuratorial documenta fifteen mereka telah hadir di medan kesenian internasional. Ranking skena seni ‘Power 100’ menaruh ruangrupa pada perangkat pertama khusus sosok-sosok paling berpengaruh dari kancah seni internasional.
Adapun alasan lain ruangrupa terus ‘digebuk’ media internasional: Komunikasi publik yang sangat buruk
Pada 2022, pembongkaran karya ‘antisemit’ di documenta sudah menyalakan diskusi intens dalam kalangan insan intelektual di Jerman. Kala itu, ruangrupa tidak mempertanggungjawabkan filosofi mereka secara retorik. Padahal kalangan intelektual di Jerman menggemari memusyawarahkan masalah apapun secara retorik. Ruangrupa tidak menghadapi diskusinya. Melainkan, bersama pengelola documenta mereka melansirkan tanggapan yang mencap semua sangkaan sebagai ‘bad-faith attempts to delegitimize artists’.
Di Jerman dan banyak negara Eropa lainnya, tindakan meremehkan Holocaust layaknya penistaan Islam di Indonesia. | Foto: Frankfurter Allgemeine Zeitung, Juni 2022
‘Di Indonesia, (...) kami tidak memiliki kosakata yang sama seperti di Jerman'
Kekurangan bakat ruangrupa untuk bersinar sebagai narasumber wacana juga dikritik oleh Hamburger Abendblatt, yang pada Februari 2023 merangkum sebuah diskusi panel bersama ruangrupa dan Taring Padi:
Dalam wacana yang diadakan Universitas HFBK, seorang anggota Taring Padi mengaku tidak sadar akan makna simbol-simbol antisemit pada lukisan Taring Padi. Pernyataan itu – sesuai rangkuman Hamburger Abendblatt – kemudian memicu amarah di auditorium. ‘Lah, apa lagi makna karya itu kalau bukan antisemit…,’ imbuh seorang pemirsa. Abendblatt mendeskripsikan suasana diskusi bak pemeriksaan silang. Seorang pemirsa turut bertanya, apakah karya People’s Justice akan dipamerkan kembali. Sudah terpojok dan kurang berbakat berkata, perwakilan Taring Padi sekadar menjawab ‘Saya tidak tahu’. Alhasil, reaksi ketidaksenangan bergema di dalam auditorium.
Dilansir Abendblatt, diskusinya kemudian diambil alih oleh seorang anggota ruangrupa, yang mengudar kesalahpahamannya: ‘Di Indonesia, kami tidak memiliki kesadaran (akan sejarah tersebut) dan tidak memiliki kosakata yang sama seperti di Jerman untuk menamakan permusuhan terhadap kaum Yahudi’. Pengakuan itu kemudian disusul himbauan bahwa documenta fifteen digagas sebagai acara untuk belajar bersama. Argumen anggota ruangrupa lantas dipotong komentar moderator - kesimpulan moderator: Konsep itu jelas gagal.
Baca juga: The real reasons why most Indonesians don’t like to read
As always, the issue is way more complicated than we’d like to think. We have a long political and socioeconomic history which has turned us into a nation which famously – or rather, infamously, doesn’t read.
Impuls
Kami tutup artikel ini dengan undangan kepada semua pembaca dan peminat seni. Pemberitaan kami mengenai kiprah ruangrupa di Jerman selama ini disusul berbagai komen tidak berkualitas dan memunculkan berbagai reaksi yang cukup membuktikan kekurangan bakat retorik tersebut – menurut kami, impuls yang mungkin tidak terlalu persuasif atau cerdas. Maka, kami sangat terbuka untuk bertukar pengetahuan, sudut pandang dan pendapat secara teratur dan bermutu. Apabila Anda berkenan untuk turut berdiskusi secara satu arah, dua arah atau multi arah silahkan hubungi kami melalui email.
(Marten Schmidt, 12.10.2023, Art Calls Indonesia)
Press Review:
At your service: