4 aspek baru tentang kebakaran Museum Nasional
Anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia buka suara, benda-benda yang terdampak kebakaran masih dalam evaluasi
Good ol' times di Museum Nasional (2021) | Foto: ACI
- Proses identifikasi benda bersejarah yang terkena dampak kebakaran baru mencapai 30 persen.
- Kata anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, manajemen risiko bencana di Museum Nasional masih kurang baik.
- Proses pemadaman Museum Nasional juga dilaksanakan dengan cara kurang sensitif terhadap penyelamatan koleksi objek bersejarah.
- Menurut salah satu anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, pemerintah Belanda sudah waswas usai petaka di Museum Nasional.
1. Museum Nasional: Baru 30 persen teridentifikasi
Koleksi benda bersejarah di Museum Nasional yang terkena dampak kebakaran dua minggu lalu teridentifikasi baru 30 persen – atau sebanyak 243 benda. Koleksi tersebut dievakuasi dari tiga ruangan yang terbakar. Beberapa ruangan lainnya masih diselidiki pihak polisi. Ruangan pameran koleksi prasejarah, ruang perunggu dan ruang terakota sudah dalam evaluasi pasca-kebakaran.
2. Penyemprotan air bertekanan besar diduga menyebabkan atap Museum Nasional roboh hingga menimpa koleksi di dalamnya
Proses pemadaman Museum Nasional juga dilaksanakan dengan cara kurang sensitif terhadap penyelamatan koleksi objek berserejah. Atap Gedung A Museum Nasional diduga roboh sebab penyemprotan air bertekanan besar dan tidak sesuai standar. Alhasil, atapnya roboh, lalu menimpa koleksi museum.
3. Anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia: Aspek manajemen risiko bencana tidak diterapkan
Menurut Gatot Ghautama, anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, beberapa aspek manajemen risiko bencana pada cagar budaya tidak diterapkan oleh Museum Nasional. Ada pun pedoman yang menentukan perlindungan cagar budaya, yakni Pedoman Cagar Budaya Tangguh Bencana. Kendati pedoman tersebut sudah jelaskan berbagai aspek manajemen risiko bencana, ketentuan itu tidak diterapkan dengan baik.
4. Pemerintah Belanda sudah waswas usai petaka di Museum Nasional
Menurut Junus Satrio Atmodjo kebakaran yang telah menghancurkan sebagian koleksi Museum Nasional berdampak negatif pada reputasi lanskap permuseuman Indonesia di mata ahli dari luar negeri. Koleksi objek bersejarah yang direpatriasi dari Belanda ke Indonesia masih aman. Akan tetapi, kepercayaan yang sudah dititip pada pemerintah Indonesia untuk merawat benda-benda tersebut kini sudah tergores ‘hipotesis’ oleh pemerintah ‘Belanda’ – setidaknya menurut Dr. Junus Satrio Atmodjo, anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. “Pemerintah Belanda rada miring informasinya, sudah membuat hipotesis sendiri mengenai kebakaran sebenarnya, agak kurang etis tapi biarlah itu urusan mereka,” kata Junus Satrio Atmodjo dalam diskusi publik 'Museum Itu Penting' di Museum Toeti Heraty, Jakarta (25/9/223).
(Marten Schmidt, 29.09.2023, Art Calls Indonesia)
Kebakaran di Museum Nasional pada 16 September 2023, Foto: Common use
Everything you need to know:
Hentikan repatriasi artefak, kita belum serius menjaga warisan peradaban:
Bukan bermaksud polemis, repatriasi warisan Nusantara yang baru dimulai mungkin berkaliber terlalu besar.
Lebih rugi kalau terampas atau hancur total?
Dengan buruknya tata kelola Museum Nasional semestinya dipertanyakan: Lebih penting benda budaya Nusantara tetap diawetkan, walau bukan di dalam negeri – atau lebih penting bangsa kita memungkasi aluran kolonial? Kebakaran di Museum Nasional membuktikan, kita belum mampu mengurus keduanya secara bersamaan.
13 hal di Indonesia yang terancam punah dan rusak untuk selamanya:
Beberapa peninggalan budaya dan keajaiban alam dari Indonesia terancam hilang, karena selama ini belum dirawat dengan serius
Merancang pameran untuk artefak warisan Indonesia:
Empat benda bersejarah dari purbakala dikembalikan ke Indonesia. Sebelumnya bagian dari koleksi museum di negara 'Kincir Angin', menteri Kemdikbud Nadiem Makarim ungkap bagaimana arca-arca tersebut akan dilestarikan di Tanah Air