KECERDASAN BUATAN

Sekarang sudah ada profesi 'Kurator AI', pekerjaan baru di industri kreatif

Interpretator untuk tulisan hasil ChatGPT: Begitu lah deskripsi singkat dari sebuah profesi baru yang muncul di sektor kreatif dan berpotensi kian menjadi ranah pekerjaan baru di Indonesia

Pexels

Pexels

Article Image Title
Editor: Marten S.
01.02.2023

Berangkat dari hype seputar perangkat lunak ChatGPT, kian banyak perusahaan mencoba untuk mengintegrasikan Artificial Intelligence dalam sistem kerja mereka. ChatGPT sudah melanda sektor akademik dan industri kreatif berkat mahirnya software tersebut untuk menulis artikel berita dan skripsi pun nyaris sekualitas dengan tulisan benak manusia. 

Kendati begitu, ChatGPT belum bisa menggarap konten perlente: Output yang dilontarkan AI masih membutuh input jelas dan terdefinisi oleh manusia. – Di sini lah timbulnya sebuah pekerjaan anyar yang membuka lapangan kerja di industri kreatif: Prompt Engineer (atau lebih sederhana: Pengawas dan Pelatih Konten AI).

Situs jual jasa 'Prompt Engineering'

Menelusuri perkembangan konten buatan AI, beberapa perusahaan sudah hadir dengan solusi untuk mengoptimalkan ‘andalan artifisial’ tersebut. Promptbase adalah salah satu sarana daring baru, di mana para pekerja Prompt Engineer dapat menjual pengetahuan dan jasa mereka sebagai ‘penjinak AI’. 

Pekerjaan yang tidak mensyaratkan kita punya skills tertentu

Untuk menjadi Prompt Engineer sebenarnya tidak ada kualifikasi khusus. ‘Prompt engineering’ tampaknya lebih lekat dengan keterampilan yang dibutuhkan jurnalis (meriset, menulis, meredaksi) dibanding skillset software engineer. Pada intinya, istilah ‘prompting’ mengacu pada strategi memerintah ChatGPT, Midjourney, Dall-E2 dan program-program serupa dengan instruksi yang dapat menghasilkan output cukup layak untuk menjadi semisal draf kampanye creative agency atau artikel berita. 

Lapangan kerja baru?

Hadirnya profesi ‘Prompt Engineer’ mengemukakan sebuah kelemahan dari program-program kecerdasan buatan yang sudah bisa digunakan masyarakat awam: Tanpa instruksi jelas, ChatGPT cenderung menyuguhkan tulisan bertele-tele dan menyusun konten tanpa logika tertentu. Artificial Intelligence berkembang dengan pesat. Sebab itu, Prompt Engineering adalah gelombang kerjaan baru yang akan menyusut sendiri pada waktunya. Semakin mudah program-program seperti ChatGPT digunakan masyarakat awam, semakin redundant pengetahuan spesial oleh para Prompt Engineer.

Art Calls Indonesia menghubungi Rafi, seorang software engineer internasional dan pegiat machine-learning untuk meminta pendapat ahli. ‘Sebenarnya pekerjaan prompt engineering itu merepresentasi sebuah disrupsi employment. AI membuka peluang kerja untuk manusia, lalu menghancurkan lagi seiringan dengan perkembangan AI,’ Rafi jelaskan. 

Industri kreatif diperkirakan akan beradaptasi 

Namun, hadirnya AI sebagai elemen permanen tidak akan mereduksi peluang kerja untuk manusia di bidang kreatif secara keseluruhan. Aplikasi teks, gambar dan musik buatan mesin masih membutuhkan kurasi oleh manusia. Dalam memproses dan menganalisis data, kecerdasan buatan akan mengambil peran relevan. Akan tetapi, interpretasi data masih tidak bisa disimulasikan mesin dan masih membutuhkan pekerja yang mengelolanya.

Menurut Rafi, AI-jobs di ranah industri kreatif hendak menjadi kian relevan. AI tampak mempercepat proses kerja kreatif, sehingga terciptanya output ‘co-kreasi’ oleh AI dan manusia. 

Dampak pada skena media di Indonesia 

Indonesia memiliki industri media besar secara kuantitatif. Banyak sarana online seperti IDN Times, Kumparan atau Detik.com menyebarluaskan konten pemberitaan cepat saji. Saat ini ChatGPT sudah mahir mengolah dan menyusun artikel berita berbasis siaran pers atau sumber tertentu. Antara lain, Buzzfeed sudah mengandalkan ChatGPT sebagai penulis artikel. 

AI masih belum jago mensimulasikan humor atau pendapat tajam, sehingga pekerjaan jurnalis atau editor berita diperkirakan akan beralih dari penyusun artikel generik ke ‘pengembang buah pikiran sendiri,’ tuntas Rafi.