KECERDASAN BUATAN

Aplikasi AI ini menghasilkan gambar lebih akurat dari Lensa – tanpa bayar

Kendati bukan gratis, belakangan ini Lensa, aplikasi penghasil gambar otomatis, ramai digunakan. Kami menguji-coba aplikasi alternatif yang mengeluarkan hasil lebih realistis tanpa kamu harus bayar.

Art Calls Indonesia, Dawn AI

Art Calls Indonesia, Dawn AI

Article Image Title
Editor: Marten S.
12.12.2022

'FYI: Kalian sedang membaca rubrik 'OK ACI'

Dengan sekejap kita bisa mengganti jenis kelamin dan jadi tokoh sepak bola: Teknologi penghasil gambar berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence kian bertambah hebat.

Bagaikan momen untuk mencari validasi Lensa (aplikasi alat penghasil selfie artifisial) kian ramai dibedah di dunia maya dan telah diunduh lebih dari sepuluh juta kali. Meski perangkat lunak tersebut mengenakan pengguna dengan biaya mulai dari Rp 35.000. Lensa bukan satu-satunya aplikasi AI yang kian menjadi-jadi. Kami menguji aplikasi serupa yang bisa menghasilkan beragam versi dari wajah kamu tanpa kamu disuruh bayar.

Dengan mengunggah minimum delapan swafoto, aplikasi Dawn AI generasikan avatar berbasis fisiognomia kamu secara instan. Gaya dan vibe yang ingin kamu tampilkan, bisa dipilih sendiri usai menyuap model machine learning tersebut dengan cukup banyak foto wajahmu. Dawn AI bisa menghasilkan sulapan selfie ala kadarnya menjadi realistis, detail, ajaib atau abstrak.

Dengan sekejap piksel kamu bisa mengganti jenis kelamin tanpa harus bergaun ala Jefri Nichol dan bisa berpenampilan bak para pemain sepak bola yang dijuluki The Next Cristiano Ronaldo.

Img 3839

Gambar yang dihasilkan oleh Dawn AI berdasarkan pada swafoto yang diunggah oleh pengguna 

Kami telah bereksperimen dengan Dawn AI yang juga memiliki fitur text-to-image di mana masukan berbasis teks disalurkan sebagai gambar. Dengan anotasi melalui deskripsi teks, Dawn AI menyalurkan hasil sesuai masukan deskriptif:

'Indonesian woman sitting on a mountain of rice':

Img 5814

'Indonesian man with a kitchen on a motorbike':

Img 5813

Sebagai acuan pada Melati Suryodarmo dan karya beliau bertajuk 'Butter Dance': - 'Indonesian woman performing butter dance':

Img 5824

Dawn AI mengilustrasikan 'Child of all Nations', karya Pramoedya Ananta Toer:

Img 5822

'Taylor Swift visiting Indonesia' (I):

Img 5819

'Taylor Swift visiting Indonesia' (II):

Img 5820

FYI: Kami tidak menampilkan foto ciptaan AI berbasis foto artis, pasalnya menggunakan foto yang memperlihatkan individu tanpa mengizinkan pada individu tersebut tidak diperbolehkan. | Credits for all photos displayed: Art Calls Indonesia

Pakaian yang erat memeluk tubuh

Viral diperbincangkan, aplikasi Lensa bukan software kecerdasan buatan pertama yang dituduh sebagai persepsi yang terdistorsi oleh stereotip. Aplikasi tersebut dipertanyakan lantaran cenderung menggambar perempuan secara otomatis dengan pakaian erat dan payudara besar. — Meski gambar yang dihasilkan oleh Lensa berdasarkan saluran foto wajah saja. 

Kecerdasan buatan cenderung mengimajinasi perempuan secara seksisme berkat data yang disantap. Efek gender bias dapat berakar pada kumpulan data yang digunakan untuk melatih model AI generative. Berbeda dengan manusia, model AI butuh banyak variasi data untuk dapat membedah, membedakan, mengolah, dan mengerti apa yang harus dilakukan.

AI tiada henti menuai kontroversi publik

Belakangan ini, teknologi kecerdasan buatan memicu perdebatan sengit lantaran bukan hanya menjadi sokongan untuk manusia, namun alat yang dituduh bisa menggantikan posisi manusia di dunia kerja. Kecanggihan AI bahkan merambah dunia seni sehingga dikhawatirkan bisa mengganggu definisi seni pada esensinya. 

Masih banyak 'grey area'

Art Calls Indonesia menghubungi Rafi, seorang software engineer sekaligus researcher untuk menanyakan pendapatnya tentang potensi AI ke depannya: 'AI sendiri sebenarnya sudah lama ya membantu manusia di berbagai bidang, – misal dalam lingkup jadi pendeteksian, prediksi, klasifikasi, translasi, generasi, dan lainnya. Selagi masih ada resource komputasi, sebenarnya potensi AI sendiri hampir indefinite ya. Palingan researchernya yang kewalahan buat ngeoptimize modelnya,' jelas Rafi.

Potensi yang dihadirkan oleh AI tidak selalu bersesuai dengan batas etika yang diterapkan dalam masyarakat. 'Dalam pengembangannya sendiri sih sebenernya harus mengacu pada etika dari bidang yang akan didevelop. Masalahnya, seni sendiri adalah bidang yang subjektif, selain perihal consent dan copyright infringement, menurut saya sisanya grey area. Apakah AI art adalah art itself? Karena for me personally it’s just computer generated data. But maybe to some people, this could be defined as art itself. Dan ini sih yang bisa menjadi akar permasalahan untuk industri seni. Menurut saya, pemerintah sendiri sudah harus mulai menyiapkan kebijakan untuk hal ini,' tandasnya.

Masih banyak kemungkinan

Dawn AI dan Lensa muncul sebagai hype dan kualitas gambar yang dihasilkan tidak bisa disepelekan. Walau kedua aplikasi tersebut mungkin tidak akan eksis untuk selamanya, tentu akan ada program AI selanjutnya yang menimbulkan diskusi panas di tahun-tahun mendatang. Entah karena kita akan menjumpai catfish berbasis foto artifisial di aplikasi kencan atau akan membincangkan karya seni AI lebih canggih dari karya seni buatan manusia