Menelusuri fantasi queer di dunia K-pop
Mari aku perkenalkan kalian pada istilah Fanservice. Sebuah istilah yang dimulai dari kalangan penikmat anime dan manga, merambah ke bidang lain, paling terkenal adalah apa yang sering terjadi pada penikmat musik K-pop.
Fanservice pada awalnya hanya dimulai sebagai cerita fiksi yang ditambahkan pada sebuah serial dengan tujuan menyenangkan penonton dan pembaca, namun kini berkembang pada tindakan yang menunjukan cinta/kasih sayang resiprokal yang dilakukan oleh satu member grup K-pop pada member lainnya dengan tujuan yang masih sama, menyenangkan fans grup tersebut.
Salah satu jenis tindakan fanservice paling terkenal adalah shipping dan skinship dimana fans menjodohkan dua member grup K-pop dan idol menunjukan kasih sayang dengan bersentuhan, baik berpelukan ataupun berciuman. Hal yang menarik adalah jarang sekali ada satu grup K-pop yang beranggotakan lebih dari satu gender, dan salah satu contoh konkret skinship terjadi saat anggota grup SHINee mendiang Jonghyun dan Taemin membawakan lagu Internet War pada tahun 2018, Jonghyun menyanyi sembari menarik rambut Taemin dan kemudian menciumnya. Tindakan fanservice yang cukup kontroversial pada masanya, namun satu hal yang pasti fans menikmati tindakan tersebut diatas panggung.
Penyajian fantasi
Tindakan Queerbaiting dan Fanservice dalam skala besar mungkin saja terlihat berbeda, yang satu ditujukan menarik khalayak queer, sedangkan yang satunya ditujukan menarik khalayak umum. Queerbaiting menyuguhkan narasi hubungan queer dengan tindakan subtil, sedangkan fanservice menunjukan relasi tersebut dengan lebih terbuka. Namun, kesamaan yang dimiliki dari dua tindakan tersebut adalah penyajian fantasi yang narasinya berputar di sekitar relasi queer, seolah-olah mewujudkan bentuk representasi hubungan queer, namun narasi tersebut berhenti pada tahap fantasi, dan tidak pernah bermaksud untuk menantang norma hetero yang berlaku.
Perkembangan fanservice yang saat ini sama-sama menyuguhkan narasi relasi queer hanya memperluas jangkauan akan siapa saja yang menikmati jenis konten tersebut. Queerbaiting dan fanservice bisa saja menyuguhkan kontroversi, menaikan angka publikasi, menganggap individu yang melakukan hal tersebut berani, tanpa pernah menyentuh ranah aktualisasi.
Aksentuasi: Selebrasi ataukah Eksploitasi?
Sejauh yang kucari dan kutemui, terdapat anggapan bahwa tindakan queerbaiting dan fanservice terlihat seperti sebuah selebrasi relasi queer dan keadaan masyarakat yang perlahan-lahan dapat menerima komunitas queer, namun sepertinya tidak sama sekali.
Apa yang perlu disadari adalah status quo ini melucuti hubungan nyata dua manusia tanpa pandang gender, mereduksi hubungan tersebut hanya kedalam bentuk sandiwara, dan hal ini terasa seperti sebuah kemunduran bagi masyarakat untuk dapat menerima individu-individu queer sebagai seorang manusia yang utuh. Tidak ada yang menolak masyarakat untuk menikmati konten queerbaiting dan fanservice tanpa perlu terganggu dengan kemungkinan berubahnya status quo, pun dengan artis dan influencer menyediakan konten-konten tersebut demi kontroversi dan menaikan publikasi. Tidak peduli queerbaiting terjadi karena alasan selebrasi, ataupun sekedar eksploitasi untuk memuaskan masyarakat mengenai sebuah fantasi. Aku lupa, dunia ini adalah jagat bebas bagi semua orang, atau jagat bebas hanya bagi orang-orang yang tidak berusaha menentang nilai-nilai heteronormatif sembari melucuti nilai utuh individu menjadi sebuah konten yang mereka nikmati dan memuaskan fantasi?
Happy Pride Month.