Manakala gak awkward lagi datang sendirian ke event, skena seni bisa menjadi lebih seru
Nyeni tanpa teman seyogyanya menjadi opsi yang seru dan nyaman
Pexels
Kalian sedang membaca artikel dari rubrik OK ACI.
Gimana rasanya pelesiran sendiri tanpa didampingi pasangan atau di-escort teman? Seakan-akan bahkan orang ekstrovert tiba-tiba bisa menjadi introvert, kita terbiasa pada fakta kalau menghabiskan waktu sendiri di acara publik tidak merasa enak.
Makan sendiri di restoran (bukan di warung, beda kasus) bisa menyuguhkan perasaan ganjil, ketika orang-orang di meja sebelah gak kehabisan cerita sementara kamu berteman headset dan berpamit dari sekelilingmu.
Begitu pun dengan menghadiri acara seni tanpa mengajak siapa-siapa untuk ikut – ataupun tanpa ada yang mau ikut. Perasaan pada momen kita menjadi tamu tunggal di pameran seni atau pentas teater layaknya segala kesempatan untuk nge-julit dan mengomentari seniman yang kita saksikan telah dikandaskan.
Life of the party
Asumsi tersebut mungkin tidak berlaku untuk para pelancong yang rutin melanglang dunia sendiri. Veteran solo-traveler mungkin tidak langsung merasa canggung saat menginap di kota asing. Beda ketika kita mengunjungi acara seni: Kita memasuki area ruang yang dibuat untuk suatu karya diperlihatkan ke khalayak ramai. Maka, nyeni sendiri cenderung merasa kikuk dan menaruh kita dalam posisi ibarat orang hilang.
Dalam beberapa tahun belakangan ini fenomena #SoloDining atau #SoloDate menambah popularitas. Jika saja #SoloNyeni lumrah dilakukan, skena seni Tanah Air tentu dapat meraup untung dan tersebar luas. Kala kita menjadi tamu perhelatan seni, acap kali kita dianggap invisible. Bagaikan kita partikel unyil dari sebuah audiens massa. Nah, tidak mencengangkan kenapa cenderung banyak penggemar seni enggan datang tanpa pendamping.
Begitu pun terdapat banyak penyelenggara seni yang menganggap kehadiran audiens (yang sudah menyerang macet!1!) sebagai hal biasa saja. Namun, mereka itu sepertinya salah kiprah. Pasalnya, menyambut dan melibatkan tamu ke acara seni bisa menjadi senjata pamungkas bagi yang mengadakan acara.
Berikut, inilah khayalan imajiner oleh redaksi Art Calls Indonesia manakala nyeni tanpa teman tidak merasa aneh dan absurd lagi.
1. Beraktivitas sendiri menjadi hal biasa saja
Dalam perumpamaan ini beraktivitas sendiri menjadi hal lazim dilakukan banyak orang tanpa harus merasa seperti jumlah teman bisa dihitung jari. Pengalaman nonton bioskop tidak lagi diganggu rombongan kursi sebelah yang berkicau dan meramal semua kejadian dalam film. Melancong ke museum menjadi nikmat yang membuat kamu lebih lekat dengan karya, sejarah dan ruang. Rasa plong saat tiada lagi orang tiba-tiba meminta kita untuk memotret mereka dalam seribu variasi, karena mereka hanya berswafoto saja.
2. Diajak kenalan gak akan bikin auto-deg-degan lagi
Sebenarnya, acara seni menjadi tempat ideal untuk melupakan aplikasi kencan dan nge-match di Tinder versi dunia nyata. Tempat mana lagi lebih cocok dikenang sebagai tempat where i met her/him kalau bukan museum kesenian. Pelesiran sendiri dalam suasana seni bukan hanya cocok bagi yang berniat mendapatkan belahan jiwa, tapi juga untuk meluaskan jalur network kalian. Tiba-tiba, interaksi antara audiens dan seniman tidak lagi dibawa dengan baku, namun menjadi interaksi yang cair guna mengenal lebih dekat satu sama lain.
3. Lebih pede untuk berkarya sendiri
Pernah ga, merasa agak terintimidasi ketika main ke tempat yang belum kita akrab? Dalam reka ini, kita telah terlatih ngobrol tidak hanya dengan pendamping kita dan di dalam circle kita, tapi dengan siapa pun yang menyapa kita. Suasana positif ini juga memotivasi pegiat seni pendatang baru untuk turut berkarya!
Sekian saja tentang khayalan alegoris kami dari dunia cukup avatar. Yuk, bagikan di Instagram pengalaman acara seni yang paling cocok untuk berkenalan dengan orang baru atau untuk menikmati waktu sendiri!
Kata OK punya banyak makna, dari pengucapan euforia hingga kesedihan. Lewat rubrik OK ACI kami menyuguhkan 'the flavors of the week', berita-berita seputar seni dari seantero Indonesia, dan sesekali juga fenomena oon dari skena manusia kreatif. Tidak hanya itu, kami juga mencari jawaban pada hal-hal paling sensasional yang hadir di dunia seni!
Artikel lainnya dari rubrik OK ACI:
Aplikasi AI ini menghasilkan gambar lebih akurat dari Lensa – tanpa bayar
Apakah lagu 'High School in Jakarta' sudah bermuatan komunis menurut versi RKUHP teranyar?