BAGAN-BAGAN JULID

(Diagram) Lingkaran Julid

Sebulan sekali ACI mengajak untuk 'nge-julid' sejenak dan 'bergosip' untuk sesaat lewat rubrik (Diagram) Lingkaran Julid. Dalam sirkel non-jemawa ini kami memakai bagan-bagan matematik untuk memvisualisasikan satu dan lainnya asumsi yang julid dari ACI

ACI

ACI

Article Image Title
Editor: Redaksi ACI
03.07.2023

Cara orang beda pandangan nge-hate tulisan kritik perhelatan seni terbarunya dari ACI:

Julid 3:07

Ngatain ngambek, baperan, sakit hati dan cemburu:

Jika memakai logika yang rada sempit dan wawasan yang tak mampu melintasi sirkel sendiri, konklusi paling masuk akal mungkin seperti itu. Nyatanya, yang memotori kritik perhelatan seni tersebut merupakan kelelahan atas potensi yang rupanya sering disia-siakan di Jakarta.

Teman-teman yang pernah memperoleh kesempatan Artist-in-Residence di luar negeri (pakai modal bakat sendiri, bukan uang), atau seperti ACI sudah pernah cukup beruntung untuk bisa berkolaborasi dengan wadah-wadah seni di seantero ASEAN, mungkin berpandangan gini: Kalau gak pakai gengsi, hierarki dan mindset tertutup, kreativitas lebih bisa berkembang. Bahkan secara ramah-tamah. Jakartanya aja yang cuma hitam-putih. Inilah raison d’être ACI. 

Baca juga: Pada pembukaan pameran seni rupa khusus mereka-mereka saja, mereka berterus terang bahwa kami bukan bagian dari mereka

Ngatain Bahasa Indonesia nya aneh: 

Ada alasan nya pula. Bisa ditelusuri sendiri sebenarnya di web ACI bagian ‘Tentang Kami’. Pendiri dan penulis utama ACI, namanya Marten, baru fasih berbahasa Indonesia sejak dua tahun lalu. Bahasa Indonesia pun bahasa ke-empat yang doi fasih. Keunikan ini jarang kami bawa-bawa. Bagaimanapun, dengan Bahasa Indonesia versi anehnya khas Marten doi bisa membangun platform media full Bahasa Indonesia (beda sama situs-situs lain), yang punya gaya selingkung autentik. 

Baca juga: Mengintip ramah-tamahnya skena seni rupa yang setara dan seru di Bangkok

Membagi aksioma bijaksana seperti 'Lu siapa juga minta disapa':

Anggapan yang sangat mudah dibalas dengan pesan sederhana: Kalau dalam konteks sebuah perhelatan seni, kita semua adalah tamu, peserta atau juga khalayak. Kita mengarungi kemacetan dan menyelesaikan kerjaan kantor lebih awal untuk bisa hadiri sebuah pertemuan manusia-manusia yang juga suka seni dalam satu dan lain bentuk. Entah acara apapun, happening, pemutaran film atau pertunjukan tarian telanjang, fakta ini adalah fakta yang perlu dihormati dengan kerendahan hati dari penyelenggara yang meminta waktunya para tamu. Kalau ini masih gak make sense bagi mu, yuk baca-baca di web nya ACI dan memperkaya pandanganmu.