FORUM

Bagaimana fasilitas dan suasana Taman Ismail Marzuki yang baru menurut kalian?

Sudah setahun Taman Ismail Marzuki memiliki wajah baru: Upgrade atau Downgrade?

Gedung Panjang, Taman Ismail Marzuki | Foto: ACI (2022)

Gedung Panjang, Taman Ismail Marzuki | Foto: ACI (2022)

Article Image Title
Editor: Marten S.
22.06.2023

Lewat rubrik ‘OK ACI’ kami biasanya membagikan gogon-gogon dunia seni dan merangkum hal-hal prestisius, ajaib, lucu dan baru dari skena manusia kreatif. Sekarang, kita ingin mencoba untuk tidak hanya menerbitkan pikiran-pikiran kami saja, tetapi juga menyoroti opini-opini dari followers dan pembaca prestisius, ajaib dan lucu di ART KOL INDONESHA.

Media sosial sungguhlah bukan ruang ideal untuk bertukar pendapat. Yang berkoar-koar cenderung tidak paham atas konteks, yang berpendapat bijak rata-rata tenggelam di kolom komen, dan komentar si anak famous disematkan oleh admin di bawah postingan Instagram yang menjadi zona adu perspektif. 

Di mana sih, kita memang bisa dipertemukan dengan perspektif berbeda, mengasah reka kita sendiri dan mendengarkan opini-opini orang lain – dengan sikap rendah hati dan penalaran bahwa lawan bicara kita mungkin juga punya poin yang belum kita sadari. 

Let’s be real, sesi-sesi wicara di kalangan seni juga jarang asik. Nyatanya, hanya ada dua jenis diskusi saja. Yang pertama, talkshow dengan narasumber yang punya nama (satu berbicara, semua mendengar). Dan yang kedua, diskusi sesama geng inti yang masih sepengertian. 

Saatnya kita mengumpulkan pendapat-pendapat tentang Taman Ismail Marzuki yang baru 

Aci Standard Open Calls 1080 17

Bagi peminat seni di ibu kota tentu banyak kenangan, entah sebagai pelaku seni ataupun penikmat, tersimpan di Taman Ismail Marzuki dari kala kawasan tersebut masih merupakan semacam lahan parkir mobil saja, yang diiringi ansambel gedung dan kios makan dari sebelah kiri dan kanan kaca mobil. 

Zona nyaman, zona aman dan zona kohesif bagi semua manusia-manusia kreatif di Jakarta

Setelah direnovasi, Taman Ismail Marzuki hadir dengan tampilan baru didominasi warna abu dan sedikit kekayuan. Ahli arsitektur ACI, Gregorio Heizer telah mengomentari arsitektur anyar di TIM pada tahun lalu. Aransemen atau cara gedung-gedung baru disematkan pada lahan Taman Ismail Marzuki membentuk semacam taman kecil di tengah-tengah. ACI telah beberapa kali berkunjung ke TIM baru. Kami masih menantikan momen ketika pusat seni tersebut tidak hanya dikunjungi orang-orang yang ‘bertamu’ di sana dengan sedikit penasaran dan ragu, namun dijadikan zona nyaman, zona aman dan zona kohesif bagi semua manusia-manusia kreatif di Jakarta dan sekitaran. 

Semenjak TIM dibuka kembali dengan semua fasilitas tersebut, rupanya perhelatan komersial lebih disoroti. Mengecek di media sosial pun, acara-acara fashion oleh Harper’s Bazaar atau teater musik komersial tampaknya menjadi penyewa baru di TIM. 

Baca juga: Jakarta beranggota dalam forum internasional 'Kota Sastra Dunia', tapi toko buku di ibu kota makin sedikit

Acara-acara lebih berbobot pun rupanya hanya diketahui oleh peguyuban mereka-mereka saja. Kami sebagai redaksi media khususnya seni saja jarang sekali diberitahukan tentang acara-acara di TIM (kecuali kalau kami sendiri yang memantau seisi media sosial setiap hari). 

Oase seni atau rental event space saja?

Aci Standard Open Calls 1080 12Pada bulan April/Mei 2022 ART CALLS INDONESIA pertama kali berkunjung bersama tiga kerabat (followers @artcallsindonesia yang kami kala itu mengundang secara terbuka) ke area Taman Ismail Marzuki setelah direnovasi. 

Kala redaksi ACI terakhir berkunjung ke TIM rasanya seolah gedung-gedung tersebut ‘kegedean’. Bukan karena Jakarta tak layak mempunyai pusat kesenian yang besar, namun karena kami belum sempat mendapatkan kabar tentang acara-acara yang betul-betul meramaikan kompleks baru itu. Entah acara house-warming penuh transpirasi dipimpin DJ ataupun acara-acara yang terasa hangat dan berfaedah.

Sebenarnya, Jakarta sudah punya tempat yang sedikit berselera dengan apa yang kami maksud. Yaitu, Taman Literasi Martha Tiahahu di Kawasan Blok M. Sebuah taman mungil yang di-kurasi dan diisi dengan beberapa cafe terpilih dan arsitektur yang mengajak untuk berteduh (juga tanpa harus mengonsumsi dan bayar). Suasana itulah yang tidak kami temui di TIM. 

Bagaimana menurut warga ART KOL? Bagikan opini, feedback, gagasan, curhatan atau kekesalan kalian di kolom komen di @artcallsindonesia. Silakan pakai akun resmi, akun pribadi ataupun akun palsu, sesuai kenyamanan kalian. Pastikan komen kalian cukup beretika.

Mohon izinkan kami untuk menyoroti atau membagikan ulang komen kalian apabila berfaedah untuk diketahui lebih banyak orang.