Warisan Budaya atau 'Waria LGBT'?
Liputan ACI dari Sulawesi Selatan tentang kaum Bissu kami tutup dengan ucapan terima kasih pada para pembaca ART CALLS INDONESIA
Ilustrasi Bissu | Foto oleh MeinTestgelaende.de
Dalam beberapa hari terakhir ACI sudah memberitakan kasus pembubaran acara budaya di Sulawesi Selatan yang melibatkan tokoh Bugis. Acara tersebut dibubarkan polisi dan pemerintah lokal lantaran berunsur ‘LGBT’. Menurut oknum, ciri-ciri ‘LGBT’ terjelma dalam penampilan tokoh-tokoh Bissu, satu antara lima gender dalam budaya masyarakat Bugis. Bissu menggabungkan ciri kelelakian dan kewanitaan, dan sejak ratusan tahun dianggap sebagai perantara spiritual. Tidak didukung mayoritas masyarakat, mereka kian tersisih dan diancam punah. Menurut oknum, warisan Bissu tidak pantas diturunkan, berkat menyimpang asas agama.
Baca juga:
Pentas seni di Sulawesi Selatan dituding tampilkan 'waria' dan unsur LGBT – dibubarkan polisi
'Bissu dilarang tampil di sini, Bissu adalah bagian waria, dan waria adalah LGBT'
Terima kasih untuk diskusi nan menarik
Diskusi online yang ditimbulkan antara pembaca ACI bersifat jauh lebih terdidik dan santai dari imbuhan dangkal yang pada umum dikenal netizen Indonesia terhadap tema apapun yang menyinggung LGBT. Terlepas dari anggapan positif atau negatif baik terhadap tema LGBT maupun warisan Bissu, pembaca ACI sudah ikut serta dalam diskusi yang beradab dan toleran terhadap opini orang lain. Diskusinya juga telah diperkaya wawasan oleh pembaca ACI dari Sulawesi Selatan, dan beberapa praktisi seni yang mengaku tertarik untuk mendalami tema tersebut dalam karya sendiri.
Kami berterima kasih atas keterbukaan dan kesetiaan kalian untuk tetap menyimak liputan, esai dan pendapat ACI. Kami juga senang dapat menerima kalian sebagai bagian aktif dan berpendapat dari komunitas ACI. Berikut kami menyusun beberapa tangkapan layar sebagai koleksi keresahan dan pendapat pembaca ACI.