Interview dengan seniman dari Bandung (?) yang merahasiakan identitasnya dengan ketat
Dalam wawancara ini, yang terlaksana dengan cara amat unik, ART CALLS INDONESIA membuka kontak dengan Beyond Crap, seorang seniman visual yang sepertinya bermukim di area Bandung. Kami juga hanya tebak-tebakan saja, berkat sang seniman misterius ini memilih untuk menutupi identitas aslinya
Karya oleh Beyond Crap, bertajuk 'Jurnalis Asem'. Karya ini serta karya lainnya oleh Beyond Crap yang ditampilkan dalam artikel ini merupakan bagian dari pameran 'U R My Inspiration - Love Letters to the *** World' di Selasar Sunaryo Art Space
Kami hanya tahu nama ‘alteran’ yang ia pakai sebagai seniman. Beyond Crap, atau dalam Bahasa Indonesia: Tai Terlampau. Nama aslinya dari kreator di balik sosok Beyond Crap ini tidak kami kenal, begitu pun kami tidak bisa menyertai info apa-apa tentang kehidupan dia. Beyond Crap merahasiakan identitas diri sendiri. Ala kadar seniman grafiti Banksy, yang beranjangsana di seluruh dunia secara anonim, meninggalkan jejak-jejak artistik, Beyond Crap pun merupakan hanya semacam fantom.
Sebenarnya, banyak antara kita memiliki semacam versi fantom di internet. – Ternampak dalam bentuk second account di media sosial, atau akun tergembok dan dikamuflasekan dengan profile picture netral, yang digunakan sebagai alat untuk mengeluarkan pikiran-pikiran bebas filter.
Tapi tenang, Beyond Crap tentu bukan netizen yang menyerang masyarakat liberal, namun artisan yang memfokuskan substansi kritiknya pada skena seni rupa. Beyond Crap ibaratnya bukan meninggalkan komen-komen dengan HURUF KAPITAL disertai TANDA SERU !!1! di bawah postingan orang di Instagram. Seniman misterius ini mempersendakan dunia seni rupa Indonesia. – Sebuah dunia tersendiri yang rupanya bukan liberal pun, melainkan sangat eksklusif.
Aroma eksklusif itu kadangkala terkemuka dalam acara-acara seni rupa, yang hanya bisa diakses oleh mereka-mereka saja. Super serius. Event-event bagi kerabat yang sudah kenal dahulu satu sama lain.
Mungkin Beyond Crap juga bermain dalam sirkuit itu, sehingga tak nyaman menghadirkan pendekatan humoris dan sedikit kritis pada skena seni lokal, tanpa menyembunyikan identitas asli. Dilindungi aura anonim, ia mengajak kita untuk tertawa, tanpa ia harus beresiko akan ditertawakan sendiri. Berangkat dari klise, gogon, dan realitas pahit yang mendefinisikan kehidupan seorang seniman visual di Indonesia, Beyond Crap punya kekhasan sendiri untuk bercerita tentang tantangan demi bisa eksis di medan seni rupa Indonesia.
Suasana di pameran 'U R My Inspiration' oleh Beyond Crap di Selasar Sunaryo Art Space. Pameran masih berlangsung hingga 25 Juni, 2023
Humor Becond Crap dibungkus dalam ilustrasi atau gambaran bak komik, disertai dengan gelembung ucapan. Berbeda dengan komik, Beyond Crap tidak menyalurkan pesan-pesan dalam seri gambar berangkai. Setiap gambar merupakan narasi endogen.
Namun, tidak semua karya Beyond Crap yang sedang dipamerkan di Selasar Sunaryo Art Space hingga Juni besok, tampaknya gamblang bagi umat manusia yang tidak mengikuti gosip keajaiban dunia seni rupa. Seperti akun-akun meme di Instagram yang membagikan gosip skena secara anonim, Beyond Crap sajikan gagasan-gagasan humoris secara lebih terkonsep. – Beyond Crap sudah mengonsep diri sendiri sebagai teman lawak untuk semua kawan-kawan seni rupa yang belum naik daun ataupun masih mampu refleksi pada diri sendiri sambil bersenyum.
'Patron Party' - karya oleh Beyond Crap, 2023
Interview dibungkus dalam majalah lelang dari tahun 90an
Kenapa wawancara ini bersama Beyond Crap sangat amat unik dan lucu, sudah kami bagikan dalam artikel ini. Berikut transkrip dari interview anonim ini, yang diawali dengan beberapa pertanyaan yang ART CALLS INDONESIA kirimkan pada Selasar Sunaryo Art Space. Staf galeri kemudian meneruskannya kepada sang seniman, yang telah membungkus balasannya di dalam majalah jadul. Simak interview ini dan opini-opini santuy Beyond Crap tentang urusan bercanca di dunia seni.
Dear Beyond Crap,
Terima kasih banyak sudah bersedia melaksanakan eksperimen ini bersama kami. Bagi kami, cara penyampaian non-verbal ini terasa cukup ‘eksperimental’. Aku sendiri pun pertama kalinya mewawancarai orang melalui cara surat-menyurat.
Izin kami sampaikan surat ini dalam bentuk cetak ya. Pertama-tama to save you dari tulisan tanganku yang layaknya stenografi resep dokter. Untuk balasan pun dari BC dan Mas Khrisna kami terbuka untuk menerima statement, pikiran, curhatan, asumsi, eulogy atau philippic dari BC dalam media apapun yang paling mendukung apa yang BC ingin mengucapkan.
(Restricted) Identity
ACI: Siapakah sosok di balik Beyond Crap? – Seorang seniman pendatang baru ataukah seorang seniman yang sudah punya jalur network sendiri? Agak ganjil bukan, kalau andaikata seorang anak newbie tanpa portofolio langsung dapat eksposur di Selasar Sunaryo?
Beyond Crap: (sic) Kalau diibaratkan lokasi kota mah gua itu di lingkar luar, sub city gitu, tapi sub city kota Bandung jadi lokasinya di pegunungan bisa mantau kota dari jauh. Jadi ya ada lah gua seseorang nyempil dir circle seni rupa, kadang di dalem banget, tapi karena bukan siapa-siapa jadi enak gua teh merhatiin perilaku orang-orang.
Pendatang baru? … ngga juga sih, ngga datang juga, gitu lah ada, gua juga ngga ngerti gimana. Kayak kesedot gitu. Mungkin teh karena energi gua dari kecil pengen jadi desainer/seniman gitu kali yah. Gua dulu kenal sama beberapa seniman muda di tempat gawe gua di percetakan. Mereka biasanya pada order katalog pameran sama bikin poster pameran.
Keren-keren waktu itu. Suka ngobrol-ngobrol dan jadi tempat curhat mereka juga gua teh. Dari situ gua jadi tertarik sama seni senian dan mulai gambar. Mereka pada baik banget ngasih referensi dan ngasih tau kalau ada opencall. Sekarang mah udah pada naik daun. Koneksi mereka makin luas, alhamdulillah gua juga ikut kebawa. Nggak ada yang sia-sia pada jaman itu. Ya namanya jalan mah ngga ada yang tau juga yah.
ACI: Dalam statement kuratorial ada catatan kalau BC adalah seorang digital native. Sang kreator dibalik nama BC kira-kira kelahiran tahun berapa, kalau boleh tahu? Mungkin boleh di-spill lewat suatu peristiwa yang sempat cetak sejarah pada tahun kelahiran BC.
Beyond Crap: (sic) Pas gua masih SD sempet ngerasain hp Ericsson monochrome. Kira-kira jaman album band Mr. Big yang covernya teh foto item-putih kereta kuno jatuh dari gedung. Detailnya ada deh rahasia.
Mayan lo menjalankan BC teh sekalian terapi untuk tidak menjadi seorang snob & haters.
ACI: Sama seperti seniman-seniman anonim ala kadar Banksy, BC juga memilih untuk menyamarkan identitas sang kreator. Kira-kira BC berencana merahasiakan identitasnya seterusnya, atau kah ada niat untuk mengungkap identitas klandestin BC? – Seperti Daft Punk misalnya.
Beyond Crap: (sic) Asik euy jadi gini terus teh. Gua menikmati. Nggak sesusah itu kok kalau mau nyari yang aslinya juga. Tapi! Gausah repot-repot cari yang aslinya yah. Nikmati aja profil BC yang seperti ini adanya. Soalnya gini kadang gua teh suka mengalami kejadian kayak seperti ini: suka banget sama salah satu karya, hype lah mengidolakan untuk sesaat, nah terus pas cari tau penjelasan karyanya dan taste keseharian si kreatornya teh… aduh… ngga banget jadi ilfil. Semoga para netijen jangan jadi seperti itu ya.
Baca juga: Interview paling unik yang lo pernah baca: Bersama 'BC', seniman anonim dari Bandung
ACI: Seniman yang memelihara sebuah alter ego di sektor seni rupa ataupun sastra tampaknya punya suatu keunggulan dibanding seniman bidang lainnya – yang harus hadir secara fisik untuk bermain dan berombang-ambing antara sosok fiksional dan identitas kasatmata. Apakah BC ingin memanfaatkan privilese tersebut?
Beyond Crap: (sic) Oiya atuh pasti. Seperti kebanyakan orang si alter egonya itu jadi salah satu kendaraan untuk bisa ber-performance lebih oke. Nah gua juga teh gitu. Siapa atuh gua kalo tiba tiba bisa ngomongin seniman atau galeri kelas kakap mah. Harus pake biar lebih pede.
ACI: BC suka main alter-alteran di Twitter ga?
Beyond Crap: (sic) Ngga. Gua mah Twitter cuma buat update berita-berita NFT aja sama kripto. Future seni rupa nih, liat aja beberapa tahun ke depan bakal masuk ke sejarah seni rupa. Amin.
Gua mah ngga tega juga sih mengolok-olok blak-blakan, pasti gua blur terus dimasak jadi humor bersama kok.
ACI: Apakah BC sengaja memakai nama alias karena tidak berani mengolok-olok pakai nama asli?
Beyond Crap: (sic) Ada plan ada konsep yang dijalankan. Namjug pake alter ego biar performancenya lebih oke. Kayak bikin brand gitu, asik kan isinya seirama sewarna ada guideline nya. Jadi orang akan kebayang kalau BC teh gaya gambar dan topik topik yang diangkatnya seperti apa. Gua mah ngga tega juga sih mengolok-olok blak-blakan, pasti gua blur terus dimasak jadi humor bersama kok.
Buy You Electric Car - Beyond Crap, 2023
ACI: Kritik terhadap dunia seni lebih baik disirat secara anonim atau atas nama asli?
Beyond Crap: (sic) Menurut gua mah bebas. Cuma sadar diri aja karena orang-orang teh suka kepo siapa yang komen. Bakal dikorek-korek jejak digitalnya. Gua juga akan begitu haha. Tergantung sih kritiknya kayak gimana.
ACI: Bagaimana reaksi pengunjung habis melihat pameran U R My Inspiration?
Beyond Crap: (sic) Gua waktu itu lagi ngirim sisaan offset leaflet pameran ke Selasar dan kebetulan pas ada kunjungan dari patron Galeri Nasional Singapore. Kepo tuh gua pengen tau mereka di ruang tempat BC berpameran teh pada ngapain. Kocak juga ngeliat langsung respon mereka. Di beberapa judul mereka teh pada keliatan relate banget. Sefrekuensi lah dengan ceritanya, secara itu aktor-aktor utamanya. Gua kayak ngevisualin beberapa situasi ngga penting tapi bisa banget terjadi dari pikiran mereka.
ACI: Mari kita menghadirkan pertanyaan terberat, terciamik dan terprinispil bagi semua seniman – Karya-karya dari U R My Inspiration kira-kira dibuat untuk siapa? Untuk BC sendiri, untuk kawan-kawan skena atau khalayak lebih luas?
Beyond Crap: (sic) Yah kalo menurut gua mah karya kalau udah dibuat dan di-publish, entah itu di internet ataupun di galeri, pasti untuk disajikan ke penonton. Penonton yang luas, bisa jadi orang skena seni rupa atau netizen yang nyari konten tiktok. Mindset guat tiap bikin BC teh mikirnya seakan-akan untuk diterbitin di majalah atau koran, jadi ya komik ini untuk menghibur pembacanya. Dan karena (cerita-nya) dicetak pada media massa jadi ada spek bagaimana supaya ceritanya bisa masuk ke orang kebanyakan. Walau ya kadang cerita yang gua bawa teh terlalu segmented haha. Ya namanya juga belum bikin untuk media massa beneran.
ACI: Apa yang paling betein bagi BC tentang dunia seni (di Indonesia)?
Beyond Crap: (sic) Banyak haha! Tapi gua mah sekarang ngeliatnya dari kacamata lawak. Momen pas betenya diolah jadi bahan komik aja gausah dimasukin ke hati banget. Mayan lo menjalankan BC teh sekalian terapi untuk tidak menjadi seorang snob & haters. Ngga ada yang ngebetein banget lah gua mah bersyukur pisan udah sampe sini.
ACI: Diambil dari judul pameran, siapakah ‘inspiration’ kalian di dunia seni?
Beyond Crap: (sic) Yang paling sering mah dari cerita dan curhatan anak-anak, para seniman. Cerita mereka teh lumayan ajib-ajib. Gua ga kebayang orang-orang di level sana kayak galeris gede atau kolektoker teh bisa gitu hidupnya. Sisanya dari cerita anak-anak itu biasaya gua olah lagi ditambahi bumbu biar lebih manteb. Manum tetep masih gua buat seakan-akan cerita itu bisa terjadi beneran.
ACI: Skill-set seperti apa yang harus dimiliki oleh anak muda di Indonesia yang ngebet jadi praktisi seni
Beyond Crap: (sic) Sorry bagian ini gua rada ngga bisa ngejelasin euy. Gua juga ngejalanin aja ngikut flow dan alhamdulillah sampe juga kesini. Mungkin yah mungkin: mentalnya harus kuat. Asli! Karena gua lihat banyak temen gua yang setelah lulus kuliah seni beberapa bulan teh jadi menyerah lalu pulang kampung. Padahal pas jaman kuliah teh ulikan karyanya paling rajin dan canggih-canggih. Tapi jangan salah gitu-gitu juga pada sukses di kampungnya soalnya mereka pada nerapin sisi kreatif ke bisnis. Jadi jangan dipaksain banget, bawa jalan aja.
tentang Beyond Crap dan pameran 'U R My Inspiration' di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
Baca juga: Interview paling unik yang lo pernah baca: Bersama 'BC', seniman anonim dari Bandung