Ajukan lukisan, karya fotografi atau ilustrasi bertema kolonialisme di Indonesia
Dicari praktisi seni rupa, ilustrasi dan fotografi: Karya visual khas kamu bisa jadi poster resmi pentas teater bertajuk 'Empire' – sebuah pentas seni teater internasional yang mengangkat tema kolonialisme zaman Hindia Belanda
Sekilas:
- Siapakah sutradaranya?
- Karya seperti apa yang boleh diajukan?
- Siapa yang bisa ikutan?
- Karya terpilih
- Di balik seleksi karya
- Dipungut biaya kah?
- Honorarium bagi pemenang
- Kriteria penyeleksian
- Catatan lainnya
- Inspirasi
Open Call · Only on ACI - Tema anti-kolonialisme kian berkumandang di jagat maya. Netizen tanah air pun turut merespon berita-berita mengenai konflik di Timur Tengah dengan menekankan sejarah kolonial di kawasan tersebut. Tapi, bagaimana sebenarnya dengan refleksi pada sejarah kolonial di Indonesia sendiri?
Sutradara Christian Winkler (nama panggung: Franz von Strolchen) asal Austria menapak tilas sejarah kolonialisme di Indonesia berdasarkan sejumlah dokumen, album foto dan surat lawas yang ia diberikan dari sebuah klub sepak bola di Austria. Pada tahun 1934, klub sepak bola ‘FC Strassenbahn’ dari Austria diundang ke Hindia-Belanda untuk berlaga sebanyak 19 tandingan dengan lawan-lawan lokal. Berbasis dokumen-dokumen nyata yang dikumpulkan Winkler, terdapat sebuah gambaran tentang perjalanan antar-benuanya tim sepak bola tersebut. Pada tur megah itu para pemain sepak bola bule itu rupanya beranjangsana ke sebuah negara tropis dan asing, menghabiskan waktunya di sela pertandingan dengan perempuan-perempuan lokal nan cantik dan mengabaikan kenyataan kolonial.
Melalui ragam seni pertunjukan, Winkler menciptakan sebuah mozaik seputar ketidaksadaran pendatang orang putih mengenai supremasi ras putih di dunia. Menggunakan elemen seni performens, musik dan instalasi, pentas teater ini menjadi peragaan ‘keunggulan’ ras putih yang tak bisa dikalahkan dalam pertandingan sepak bola, yang di sini menjadi alat guna melanggengkan kekuasaan kolonial. Para pesepak bola pendatang baru itu (berdasarkan catatan nyatanya) rupanya sepanjang tur pun tak sadar bahwa mereka juga ‘dipermainkan’.
Foto: Christian Winkler
Winkler telah menuangkan fragmen-fragmen penuh penyimpangan rasial itu ke dalam sebuah naskah teater perspektif lokal, di mana naivitas dan arogansi para pendatang bule dikisahkan dari sudut pandang ‘pribumi’. Dalam naskah yang dikembangkan Winkler, sepak bola menjadi sarana antarbudaya yang menyalurkan kepentingan penjajah. Pertunjukan teater bertajuk ‘Empire’ ini menjadi sawala performatif yang berspektif Indonesia, dan berkontribusi pada pembahasan yang kian global tentang kolonialisme dan imperialisme.
1. Siapakah sutradaranya?
Christian Winkler, sutradara asal Austria, terkenal di skena teater seantero Eropa sebagai praktisi seni yang tak ragu memperkenalkan tema-tema interkultural dari orang-orang ‘pinggiran’ pada medan teater. Karya-karya Christian dipentaskan secara lintas-bahasa dengan gaya khas kiwari yang menggunakan elemen seni performens, instalasi, musik dan teater klasikal.
Karya teater 'Troll - The dark Triad' oleh Franz von Strolchen (Foto: C. Winkler, 2024)
Karya teater berjudul 'Theseus' oleh Franz von Strolchen, dipentaskan dalam Bahasa Jerman, Inggris, Makedonia, Slovenia, Hungaria dan Romani (Foto: C. Winkler, 2023)
Pentas teater bertajuk ‘Empire’ ini meliputi pendiri ART CALLS INDONESIA, Marten Schmidt, sebagai narator dan aktor utamanya, dan akan diiringi dengan komposisi musik oleh seorang penyanyi dan orkestra gamelan – terdiri dari 12 orang diaspora Indonesia (WNI yang bermukim di luar negeri).
‘Empire’ akan dipentaskan di Austria dalam rangka festival seni ‘Steirischer Herbst’, dengan harapan untuk kemudian diperhelatkan di Indonesia juga. Untuk itu, Open Call ini memanggil pegiat seni grafis, seni rupa dan fotografi untuk mengajukan olahan karya lama (orisinal, alias punya sendiri, tidak merupakan jiplakan), rancangan karya, sketsa atau karya baru yang merespon pada tema dan kriteria berikutnya:
Baca juga: Dekolonial dan anti-kolonial
Momen ketika Putri Oranye, pewaris Kerajaan Belanda, dikonfrontasi dengan aktivis anti-kolonialisme
2. Karya seperti apa yang boleh diajukan?
- Karya diharap merefleksi pada tema kolonialisme, benturan antara dua budaya berbeda, anti-kolonialisme, sepak bola, Hindia-Belanda, Imperialisme dan apapun yang menurutmu dapat terasosiasi dengan tema-tema tersebut. Karya tidak perlu merespon pada semua tagar atau tema tersebut secara ekivalen.
- Karya harus bersifat orisinal, tidak boleh merupakan jiplakan atau olahan dari karya orang lain.
3. Siapa yang bisa ikutan?
- Terbuka untuk peminat dari seantero Indonesia.
- Terutama bagi praktisi seni rupa, seni ilustrasi, desain grafis dan fotografi.
- Terlepas dari latar belakang, status, domisili dan usia.
4. Karya terpilih
Bagi seniman yang karyanya terpilih, karyanya akan digunakan sebagai poster resmi dalam semua publikasi untuk pentas teater ‘Empire’. Nama pembuat karya akan dicantumkan pada semua media publikasi. Artinya, posternya akan dipajang di area Teater am Lend, di mana pertunjukan teater ini akan dipentaskan, di ruang-ruang festival ‘Steirischer Herbst’, serta di ruang publik di kota Graz (Austria). Untuk promosi daring, posternya juga akan disebarluaskan pada media-media lokal di Austria.
Sang pembuat poster terpilih juga dipersilakan untuk berjejaring dengan tim produksi ‘Empire’ demi mengeratkan kontak dan menjadi bagian dari proyek ini. Tidak hanya itu, seniman terpilih juga akan disoroti melalui ART CALLS Indonesia.
5. Di balik seleksi karya
Karya yang dikirimkan tidak perlu disertakan nama atau biografi pembuat. Melalui seleksi anonim, juri akan memilih karya yang paling cocok, tanpa dipengaruhi status seniman dibalik karyanya.
Jurinya terdiri dari Christian Winkler selaku sutradara dan Marten (Art Calls Indonesia) selaku tokoh utama pentas teater ‘Empire’. Karya yang terpilih akan dinilai berdasarkan keterikatan pada tema-tema yang diangkat, gaya visual, dan kreatifitas.
6. Dipungut biaya kah?
Tidak.
7. Honorarium
Pemenang mendapatkan honorarium sebesar Rp 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah).
8. Kriteria penyeleksian:
- Karya orisinal.
- Karya visual (misalnya kolase, sketsa, lukisan, ilustrasi, foto dll) yang sudah jadi (baik karya lama maupun baru) atau masih merupakan rancangan (yang harus diselesaikan jika terpilih).
- Pembuat sebaiknya menyembunyikan inisial atau nama pada karya demi menjaga proses yang adil dan anonim.
- Karyanya belum pernah digunakan untuk mempromosikan kegiatan lain.
9. Catatan lainnya:
- Karya yang tidak terpilih tidak akan kami salahgunakan ataupun merepublikasi tanpa izin pembuat; pembuat karya memegang semua hak cipta atas karyanya.
- Semua peserta, baik pemenang atau tidak, akan diinfokan melalui email setelah penyeleksian ditutup.
- Dengan melamar, pembuat karya mengizinkan pihak tim produksi ‘Empire’ untuk memuatkan karyanya dalam poster (disertakan tulisan, logo sponsor, informasi lainnya) yang digunakan untuk mempromosi pentas teaternya.
10. Inspirasi
Karya teater Empire ini berangkat dari foto-foto lawas yang ditemukan Christian dalam risetnya tentang kolonialisme di Indonesia. Kami sertakan beberapa foto dari materi Christian untuk memberikan gambaran lebih jelas dan inspirasi seputar cluster topik ini.
Pemain sepak bola klub 'Strassenbahn' (Austria) berpose di kapal pesiar 'Baloeran' (1934)
Jamuan makan malam di 'Hotel Dibbets' di Buitenzorg (Bogor)
Para pemain klub sepak bola 'Strassenbahn' diundang ke Medan (Foto: C. Winkler)
Tenggat pengumpulan karya: 10 Juni 2024
Pendaftaran: Ajukan karyamu di sini
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan mengirimkan email ke artcallsindonesia@gmail.com
Penyelenggara: Theater am Lend
Kota, Negara: Graz, Austria
Honorarium: Rp 500.000,-
Ragam Seni: Seni Rupa, Ilustrasi, Desain Grafis, Fotografi