CREATIVE THINKING

Siswa di Indonesia tak mampu berpikir kreatif: 0% mahir membaca hingga paham konteks, hanya 5% yang berpikir 'outside the box'

Untuk pertama kalinya PISA menilai keterampilan berpikir kreatif dari peserta didik dari 64 negara di seluruh dunia. Siswa di Indonesia lemah bernalar kreatif dan memperoleh skor amat rendah.

Karawitan dan seni wayang menjadi salah satu yang diberikan kepada anak didik. Hal ini karena sejatinya pendidikan dalam arti luas berakar dari budaya bangsa. (Foto: Heri Nugroho)

Karawitan dan seni wayang menjadi salah satu yang diberikan kepada anak didik. Hal ini karena sejatinya pendidikan dalam arti luas berakar dari budaya bangsa. (Foto: Heri Nugroho)

Article Image Title
Editor: Marten S.
21.06.2024
ACI menjadi media pertama di Indonesia yang akan membahas tema ini.

Hasil studi PISA pada bulan Desember lalu telah mengemukakan berbagai masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia. Hasil tes ‘Programme for International Student Assessment’ atau PISA telah menunjukkan tingkat literasi siswa Indonesia masih jauh dari rata-rata pendidikan global. Kini, PISA mempublikasikan kajian tambahan yang untuk pertama kalinya meneliti kemampuan berpikir kreatif berdasarkan hasil tes tersebut.

Sekilas: 

  • Siswa Indonesia memiliki bakat sangat rendah dalam hal kreativitas dan penalaran kreatif.  
  • Negara tetangga, Singapura, meraih peringkat paling atas dan peroleh skor tertinggi dalam kemampuan berpikir kreatif. 
  • Perempuan cenderung lebih berbakat dan terbuka untuk berpikir kreatif ketimbang siswa laki-laki.

Bagaimana caranya PISA menilai kemampuan siswa untuk berpikir kreatif?

PISA mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk mengevaluasi sebuah keadaan, guna menghasilkan solusi yang orisinal.

Tes tersebut dilaksanakan melalui tugas tulis-menulis dialog untuk mengisi cerita komik. Para siswa juga diminta mengembangkan ide orisinal untuk sebuah cerita fiksi berdasarkan sampul buku dengan judul ‘2983’.

3

Skor Indonesia amat rendah 

PISA menilai kemampuan intelektual peserta didik berusia 15 tahun di semua negara yang ikut serta dalam penelitiannya. Dalam asesmen keterampilan kreatif, Indonesia berada di urutan buncit. Hanya 5 persen dari siswa Indonesia dinilai mahir berpikir kreatif, sementara lebih dari 50 persen peserta didik Singapura dinilai mampu menunjukkan pola pikir kreatif. 

Hasil studi tidak hanya menilai persentase siswa yang paling unggul dalam hal kreativitas, namun juga jumlah siswa yang mencapai kemampuan dasar (tingkat minimum) dalam berpikir kreatif. 31% siswa Indonesia memiliki kemampuan dasarnya, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata di seluruh negara OECD (78%).

31 persen dari siswa Indonesia dinilai setidaknya mampu memahami makna dari sebuah teks, dan mampu mengembangkan ide kreatif (meski tidak ‘out of the box’).

1

2

Di Indonesia, hanya satu persen dari siswa dengan nilai tertinggi dalam berpikir kreatif juga merupakan siswa dengan nilai tertinggi dalam matematika. Dari kuartil yang sama, 0% dari siswa Indonesia masuk kelompok dengan nilai tertinggi dalam kemampuan membaca (rata-rata OECD: 20%). (Marten S, 21.06.2024, Art Calls Indonesia)