BERSAMA ACI

Kami ingin mewawancarai teman-teman sekalian: Art Calls Indonesia ingin dengar pikiran, opini dan kisah personal terhadap Taman Ismail Marzuki (Jakarta) untuk sebuah reportase

Salah satu ruang berekspresi dan tempat tongkrongan penikmat seni di Jakarta direncanakan buka kembali setelah direvitalisasi selama beberapa tahun terakhir: Art Calls Indonesia mengajak para pembaca untuk membagikan kenangan, harapan ataupun keluhan tentang Taman Ismail Marzuki. Bantu kami merekam suasana pegiat seni Ibu Kota untuk sebuah reportase yang hendak kami buat

Construction Plus Asia

Construction Plus Asia

Article Image Title
Editor: Marten S.
11.04.2022

JakartaKancah seni Jakarta bersel terdiri atas berbagai institusi dan kolektif terpecah pada seluruh peta Ibu Kota. Salah satu landmark selama tiga tahun silam direnovasi: Kini Taman Ismail Marzuki di Cikini berarsitektur modern dan terlihat sangat cakap. Namun, pegiat-pegiat seni di Ibu Kota menengarai wujudnya revitalisasi Taman Ismail Marzuki terlalu mengatasi intensi komersial.

Diresmikan pada tahun 1968,Taman Ismail Marzuki (atau yang akrab dikenal dengan TIM) telah menjadi tempat berkreasi para seniman Indonesia selama lebih dari setengah abad. Keberadaan TIM sebagai tengaran bagi para seniman untuk meluncurkan ide artistik dan eksperimental telah membantu perkembangan lanskap seni lokal, terutama seni teater dengan kemunculan karya teater mini kata oleh W.S Rendra dan banyak karya seni lainnya. 

Tepat pada dirgahayu TIM ke-50, peremajaan kawasan TIM yang disebut dengan Revitalisasi TIM pun diumumkan sebagai langkah untuk mendorong TIM menjadi salah satu pusat kebudayaan dunia. Hampir 4 tahun berjalan, revitalisasi kawasan TIM yang dibagi dalam 3 tahap sudah hampir rampung. Namun, poin menarik dari proyek revitalisasi adalah polemik dimana para seniman-seniman yang merasa tidak dilibatkan dalam proses pembangunannya serta fungsi-fungsi baru pada TIM yang dianggap menjadi komersil. Pengaduan ke Komisi X DPR, sampai moratorium telah dilakukan namun proses revitalisasi tetap berjalan. 

2 sisi dari polemik yang terjadi karena revitalisasi TIM adalah sebagai berikut;

  • Sisi Pemerintah - Menjadikan TIM pusat kebudayaan dunia, tempat pelaku seni nasional berkolaborasi, dan dapat menghadirkan konten bertaraf internasional 
  • Sisi Seniman - Diwakili oleh Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki, para seniman merasa tidak pernah diajak berdiskusi, revitalisasi yang mengarah komersialisasi kawasan TIM, kekhawatiran mahalnya biaya sewa, dan fasilitas dan sistem bangunan Graha Bhakti Budaya yang tak lagi menunjang pagelaran pertunjukan teater. 

Ajakan untuk berbagi cerita 

Dalam konteks ini, Art Calls Indonesia mencari berbagai individu dari beragam latar belakang yang cukup nyaman membagi cerita personal ataupun ingin mengutarakan pendapat terhadap revitalisasi TIM. Kami mengajak para pembaca untuk melengkapi reportase yang hendak kami buat dengan berbagai harapan, khawatiran dan cerita lucu dari kalian. Segala opini kalian akan kami tunggu – juga dipersilakan untuk dibagikan bersama kami secara online maupun offline. Yuk, ketemuan di Cikini dengan tim ACI, buka puasa bareng sambil bercerita, santai sejenak dan mengobservasi perubahan baru di Taman Ismail Marzuki langsung saja di lapangan!

Bila tertarik untuk bergabung secara santai dan membantu dalam liputan ini, hubungi kami langsung saja melalui email (artcallsindonesia@gmail.com) dengan subject ‘Taman Ismail Marzuki’ paling lambat hingga Kamis, 14 April 2022.