OPEN CALL

Dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung ke residensi seni di Berlin

Program residensi dari Berlin mengajak untuk menelusuri aspek-aspek poskolonialisme berangkat dari Konferensi Bandung 1955

Wiki Commons

Wiki Commons

Article Image Title
Editor: Marten S.
29.01.2023

Open Calls dari Jerman kerap kunjung dengan tema-tema berbobot. Begitu pun dengan peluang seni ini yang mewacana poskolonialisme dari sudut pandang seniman-seniman lintas budaya. Topik ini jelas tidak mudah diterjemahkan ke dalam karya artistik yang

  1. mengangkat tema yang diincar dan
  2. idealnya tidak tampak dalam bentuk yang abstrak abis dan rada bosan. 

Berikut Art Calls Indonesia mengumpulkan beberapa poin penting untuk mempertimbangkan apakah Open Call ini sesuai minat kalian: 

Siapa penyelenggaranya?

Sebuah lembaga kesenian berbasis di Berlin, Jerman. ‘Dekoloniale Memory Culture in the City of Berlin’ telah mengadakan program residensi ini untuk ketiga kalinya. 

Siapa yang dipersilakan mendaftar?

Pelaku seni dari berbagai latar belakang: Arsitek, desainer grafis, fashion-designer, art-directors, pemimpin kolektif/lembaga seni, aktor/aktris, penari, pelaku seni performans, penulis, ‘praktisi urban’, penyanyi, musisi, dll 

Tugasnya apa saja selama residensi?

Mengurai, membedah, mengemukakan dan mentransformasikan konteks seputar sejarah poskolonial dan naratif-naratif dibaliknya. 

Masih terlalu abstrak, ada tema khusus ga?

Pada tahun ini, residensi ini hadir dengan tema ‘Between Worlds’ – terjelma dalam konteks kolonialisme / poskolonialisme. Dilansir petunjuk teknis penyelenggara, kota Berlin pada kala pasca Perang Dunia I merupakan medan wacana anti-kolonial. Hingga timbulnya gelombang Nasional-Sosialisme, Berlin memusar dan mengakomodasi wacana dan wewarah antikolonial bagi diaspora berbagai bangsa dunia.

Persekutuan inilah menjadi salah satu titik berangkat dari program residensi ini. Begitu pun dengan sejarah antikolonial pasca Perang Dunia II. Acuan utama yang dianjurkan tim kuratorial residensi adalah Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. 

Bagaimana spektrum acuan dan petikan ini menjadi karya seni?

Residensi ini mengajak untuk bersenyawa seni dengan aktivisme. Pelamar program residensi ini diharap berkenan menjelajahi bagaimana seni bisa menjadi sebuah intervensi sosial, dalam pelbagai bentuk seperti fotografi, film, cetakan, pelukisan spanduk, aksi turun jalan, performans, lagu, bahan digital, pembuatan website dll.

Tiga pelamar terseleksi akan diundang ke Berlin

Bersama dua seniman terpilih lainnya, seniman yang lolos proses penyeleksian diharap bekerja secara kolaboratif untuk menghasilkan sebuah karya interventif di ruang publik. Ihwal karya, diharap dikonsep secara hybrid, melibatkan riset dan semacam komposisi lintas disiplin.

Pelamar diharap fasih berbahasa Inggris 

Lantaran menitikberatkan pola kerja kolaboratif, semua pelamar diharap fasih Bahasa Inggris. Peminat dari seluruh dunia, terlepas dari domisili, dipersilakan untuk turut mendaftar.

Benefits

  • Penyelenggara menanggung biaya transport, termasuk tiket pesawat pergi-pulang
  • Penyelenggara menyediakan uang saku setiap hari 
  • Dana untuk merealisasikan karya 
  • Honorarium untuk seniman 

Lini Masa

Residensi akan berlangsung di Berlin selama Juni hingga September 2023, dan bermuara dengan presentasi pada September 2023.

Cara melamar 

Siapkan surat motivasi singkat, deskripsi singkat tentang karya yang kalian ingin mewujudkan, estimasi biaya pembuatan karya, CV, serta portofolio. Kemudian, kirimkan ke alamat surel yang tertera di bawah.

 

Penyelenggara: Dekoloniale Berlin Residency 2023 in collaboration with AGITP[R]OP

Kota, Negara: Berlin, Jerman

Pendaftaran: di sini

Kontak: residency@dekoloniale.de

Tenggat: 7 Februari, 2023