SASTRA KOK DIATUR?

Buku apa saja yang dinilai terlalu bokep dan pedofil untuk program Sastra Masuk Kurikulum?

Supaya sastra Indonesia tak mesum lagi, ACI kurasi buku-buku 'sopan'

'Rumah Kawin' oleh Zen Hae dan 'Puya ke Puya' oleh Faisal Oddang

'Rumah Kawin' oleh Zen Hae dan 'Puya ke Puya' oleh Faisal Oddang

Article Image Title
Editor: Marten S.
03.06.2024

Orang Indonesia hidup dengan banyak larangan. Kata ‘dilarang’ biasanya menjadi semacam senjata pamungkas untuk ‘mengharamkan’ apa saja yang tidak sesuai adat ketimuran – dari film-film internasional yang kerap disensor, hingga hal-hal absurd dalam kehidupan sehari-hari: Cewek ngangkang di sepeda motor? Wajib dilarang! 

Buku-buku sastra sebenarnya juga sangat rentan untuk dijadikan terlarang. Indonesia punya riwayat kelam dalam membungkam sastrawan-sastrawan Tanah Air, yang sering diduga menanamkan pikiran terlalu kritis dan subversif di benak pembaca. – Oke, masyarakat yang kritis dan subversif memang bak racun bagi para penguasa yang gemar cosplayan ala kakek-kakek gemoy dan ala kakek-kakek Orde Baru.

Tapi ada juga yang menganggap buku-buku gaya tutur ‘vulgar’ pun sebagai racun. Guess who? Benar, mereka yang paling normal, mereka dari sirkel-sirkel penjaga norma kesusilaan.

Kanon karya sastra yang baru-baru ini dikeluarkan Kementerian Pendidikan memuatkan beberapa judul cerpen yang dinilai terlalu mesum. Setidaknya menurut Wakil Ketua Perkumpulan Nusantara Utama Cita (singkatan kerennya: ‘NU Circle’) Ahmad Rizali. Dengan boros kata ia mengkritik rilisan daftar karya sastra resmi itu untuk program ‘Sastra Masuk Kurikulum’. Menurutnya, dalam daftar rekomendasian itu terdapat sejumlah karya yang mengumbar adegan seks dan pornografi. "Mendikbudristek harus menghentikan kecerobohan ini," katanya (29/5/2024).Singkat kata, adegan seks dalam cerpen? Wajib dilarang!

Menurut NU Circle, kanon buku yang dipilih juga melanggar UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Undang-undang tersebut mengatur hal-hal yang dianggap bertentangan dengan norma kesusilaan, termasuk larangan untuk menyebarkan materi tampilan adegan seksual, masturbasi atau ketelanjangan.

Buku dan kalimat apa saja yang ditandai vulgar?

Rizali juga mencontohkan novel dan kalimat mana saja tak pantas:

Puya ke Puya (2015) – oleh Faisal Oddang

Problem: Narasi kekerasaan seksual (H. 208)

"Saya merogoh selangkangannya. Memasukkan gagang parang berkali-kali, sebelum saya setubuhi. Malena hanya mampu menangis".


Rumah Kawin (2004) – oleh Zen Hae

Problem: Deskripsi adegan seks

Halaman 58: "Ia membaringkan Sarti di ranjang (...)"

Halaman 47: "Tangannya terus meremasi pan– (...)"

Halaman 47: "(...) menyorongkan mulut monyongnya (...)"

Siapa yang meloloskan daftar karya tersebut?

Lis judul karya dalam program ‘Sastra Masuk Kurikulum’ telah melalui proses kurasi oleh tim kuratorial yang merumuskan berbagai kriteria penilaian. Tim kuratornya terdiri dari akademisi dan sastrawan, salah satunya Okky Madasari. Ia menolak daftar rekomendasi bukunya dinilai bernada pornografis, pedofil dan cabul. ”Kami minta tidak menggunakan istilah cabul untuk karya sastra yang sudah kami kurasi. Isi dalam buku yang dipilih tidak ditujukan untuk merangsang seseorang. Karya sastra itu adalah ruang interpretasi. Jadi butuh guru yang mampu membangun rasa ingin tahu sehingga dapat memancing diskusi kritis antara guru dan siswa,” ujar Okky Madasari

Novel-novel halus 

Sastra Indonesia tak harus binal kok. Jika dewan kurator masih ingin mengubah kurasi buku yang sudah dipaparkan, ACI sertakan link ini ke sejumlah novel ‘sopan’ dan puritan. – Dijamin no sex dan no drugs! Tanpa kalimat yang sengaja ditulis ambigu dan tanpa jargon aneh-aneh. Tidak hanya itu, beberapa judul diantaranya sudah diadaptasi untuk layar besar. Jadi ngapain baca, kalau tinggal nonton kan? 

Apakah memang ada unsur mesum dalam daftar buku sastra tersebut?

Gak ada. Sastra pada akhirnya senantiasa butuh ditafsirkan oleh pembacanya. Bayangannya si resipien membuatkan sastra menjadi ragam seni paling personal. Kalau kamu membayangkan hal-hal mesum saat membaca, artinya khayalanmu mungkin lebih liar daripada kata-kata yang sebenarnya kamu baca. Seniman-seniman Indonesia sudah biasa dicekal, mereka jago menyensor diri dan membiarkan hal-hal provokatif terpapar abu-abu saja. Jika itu pun masih terlalu frontal dan vulgar, lebih baik diberhentikan saja program Sastra Masuk Kurikulum.

(Marten S. / Art Calls Indonesia / 03.06.2024)

INFO BOX

Kemendikbudristek telah mengeluarkan Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra. Dari sisi kementerian ditekankan bahwa Kemendikbudristek terbuka terhadap saran, masukan, dan usulan dari masyarakat yang dapat disampaikan melalui laman buku.kemdikbud.go.id

Bagaimana dengan progres program Sastra Masuk Kurikulum setelah dikritik oleh pihak-pihak religius? Terkait dengan kritik panduan buku sastra yang dinilai tidak layak dan melanggar kesusilaan, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengatakan bahwadaftar rekomendasi buku sastra dalam program Sastra Masuk Kurikulum merupakan dokumen hidup yang masih berkembang seiring waktu dan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.